Jumat, 27 Juni 2008

Pendahuluan: Hal Besar Berikutnya

Dalam abad ke-20, hidup kita direvolusi oleh hal-hal seperti otomobil, perjalanan udara, komputer pribadi, dan perencanaan keuangan. Dalam hal-hal itu, penemuan-penemuan awal membawa pada kelahiran kerajaan-kerajaan uang dan kekayaan individu bagi para pengusaha dan investor yang masuk lebih dulu. Hal besar berikutnya dari abad ke-21 telah dimulai, dan ia berjanji untuk dengan cara serupa merevolusi hidup kita dan menawarkan peluang-peluang bagi pembangunan kekayaan sangat besar selama 10 tahun ke depan.

Hal besar berikutnya ini adalah wellness revolution (revolusi kebugaran).

Buku ini bukan tentang suatu fad atau suatu trend, ini tentang suatu kebutuhan baru dan tak terbatas yang meleburkan diri ke dalam cara kita makan, berolahraga, tidur, bekerja, menabung, menua, dan hampir setiap aspek lain dari hidup kita.

Hasrat akan kebugaran sudah merasuki putusan-putusan kita, mulai pasta gigi dan sampo mana yang kita pakai di pagi hari sampai apa yang kita makan sepanjang hari sampai jenis seprei dan kosmetik yang kita pakai di malam hari. Kita menuntut lebih banyak keamanan dari produk-produk kita; kita inginkan lebih baik pencegahan darinya juga. Namun kita baru pada permulaan kesadaran publik tentang kebutuhan yang berkembang ini—karena kebanyakan orang masih belum sadar bagaimana pilihan-pilihan sederhana mempengaruhi kebugaran mereka, dan banyak produk dan jasa kebugaran masih belum tersedia luas di pasar.

Buku ini menjelaskan industri kebugaran yang muncul untuk membekali anda dengan informasi yang anda perlukan untuk meraih untung darinya, baik secara materi maupun pribadi.

Hal Besar Berikutnya

Ketika Henry Ford pertama menemukan sebuah mobil diproduksi-masal yang terjangkau oleh orang biasa, banyak orang mengejek pemikiran bahwa orang-orang akan membelinya. Saat itu sedikit jalan beraspal untuk bepergian, pom-pom bensin tidak ada, dan kebanyakan orang tinggal dalam radius berjalan dari tempat kerja mereka. Tapi kebutuhan itu tumbuh seiring menjamurnya produknya. Orang-orang pindah ke daerah-daerah pinggir-kota dan memerlukan mobil. Pada saat yang sama, stasiun-stasiun bensin bermunculan. Sebentar kemudian mobil menjadi suatu kebutuhan hanya untuk pergi kerja atau berbelanja keperluan-keperluan sehari-hari.

Bagaimana seandainya anda telah diberitahu waktu itu bahwa Model T-nya Henry Ford bukan cuma produk baru lainnya, tapi awal dari suatu sektor ekonomi dunia triliun dollar yang sama sekali baru—bahwa dalam 100 tahun akan ada 500 juta mobil di jalan, yang mengharuskan industri-industri triliun dollar pendukung dalam pom-pom bensin, konstruksi jalan, ban-ban serep, rumah-rumah pinggir-kota, dan restoran-restoran cepat-saji?

Akankah anda telah menerima pemikiran ini? Selain keterbatasan berupa tiada jalan-jalan, tidak ada pom-pom bensin, dan tempat-tempat kerja yang cukup dekat, orang-orang lazimnya bekerja enam hari seminggu demi upah kecil dan dengan sedikit waktu luang untuk berkendara Minggu di desa. Untuk menerima pemikiran ini anda juga akan harus meramalkan minggu-kerja lima-hari 40-jam yang akan datang dan kenaikan penghasilan bebas.

Tapi umpamakan anda mengatasi rasa skeptis anda dan melihat kendaraan-kendaraan otomotif baru dari Henry Ford dan lainnya itu sebagai permulaan dari sebuah industri triliun dollar. Sebagai seorang pengusaha atau investor, kemana anda akan telah memasang taruhan anda? Apakah itu pada mobil-mobil bertenaga-bensin atau mobil-mobil listrik atau diesel? Apakah itu pada konstruksi jalan, pada suku-suku cadang serep seperti ban, atau pada pembangunan tanah pemukiman? Dan sama pentingnya, begitu anda memilih satu dari bidang-bidang ini, apa yang khususnya akan telah anda lakukan untuk menaruh andil anda?

Lebih belakangan, pada 1981 sebuah mega-industri kejutan lahir dari komputer pribadi yang baru dibuat, IBM PC, bersama dengan model-model pesaing oleh Apple dan RadioShack. Mungkin kebanyakan orang sama tak mampu meramalkan bahwa ini bukanlah cuma produk-produk baru, melainkan tanda-tanda dari sektor triliun dollar lain dari ekonomi dunia—sebuah sektor yang tumbuh begitu cepatnya sehingga penjualan komputer pribadi akan melampaui penjualan mobil AS dalam hanya 10 tahun, sampai 1991.

Dalam ekonomi moderen kita, perubahan-perubahan yang dulu berlangsung sepanjang rentang 100 tahun atau lebih kini berlangsung dalam 10 tahun atau kurang. Seandainya anda bisa meramalkan kebangkitan bisnis komputer pribadi triliun dollar seperti Bill Gates (Microsoft, software), Michael Dell (Dell Komputer, hardware), Jeff Bezos (Amazon, distribusi), dan tak terhitung lainnya, dalam bagian apa dari industri komputer pribadi anda akan telah memasang taruhan anda?

Kendaraan swatenaga dan komputer pribadi adalah kehebohan dari zaman mereka. Lagipula, dalam zaman kuda dan andong, publik sulit menerima bahwa sebuah kendaraan bisa bergerak sendiri. Sama halnya, dalam zaman komputer mainframe seukuran-kamar, siapa bisa dengan mudah membayangkan bahwa sebuah komputer bisa “pribadi”?

Sejarahnya, produk-produk baru amat penting menjadi tersedia karena terobosan-terobosan ilmu yang memungkinkan penemuan mereka dan pembuatan yang terjangkau.

Orang-orang tidak memerlukan mobil dan komputer pribadi sebelum itu menjadi tersedia—tidak beda dari saat ini kita memerlukan perjalanan antarplanet. Namun begitu mereka menjadi tersedia, mereka lekas beralih dari sebagai hanya produk-produk baru ke menjadi kebutuhan-kebutuhan mutlak untuk kerja dan hidup sehari-hari.

Apa sih tentang dua produk baru ini, dan beberapa lainnya, yang membuat mereka begitu lekas sukses? Adakah hal yang jelas tentang mereka yang menandakan betapa merasuk mereka akan jadi dalam hampir setiap aspek hidup kita? Mengetahui sifat-sifat itu mungkin bisa membantu anda meramalkan industri-industri baru lainnya yang akan menguntungkan.

Sebenarnya ada lima ciri tersendiri dari industri-industri pervasif yang bangkit, yang akan saya beritahu anda sebentar lagi. Tapi pertama saya ingin memberitahu anda suatu cara berpikir krusial tentang kebugaran dan mengerti sebab-sebab pertumbuhannya yang tak terelakkan.

Mengartikan Industri Kebugaran Triliun Dollar

Kita kini ada di permulaan industri triliun dollar berikutnya—sebuah industri yang akan mempengaruhi hampir setiap aspek hidup kita dan mencapai $1 triliun dalam penjualan di dalam 10 tahun, tapi yang sama tak dikenalnya hari ini seperti industri otomobil pada 1908 atau industri komputer pribadi pada 1981.

Industri otomobil dimunculkan oleh terobosan-terobosan ilmiah dalam kimia, metalurgi, dan mekanika. Industri komputer pribadi dimunculkan oleh terobosan-terobosan ilmu dalam fisika dan matematika biner.

Industri triliun dollar berikutnya ini sedang dilahirkan oleh terobosan-terobosan ilmiah dalam biologi dan biokimia sel.

Industri kebugaran sedang menjawab salah satu isu paling besar dari hidup, memecahkan salah satu dari sedikit misteri yang masih ada dari kehidupan manusia—umur dan vitalitas—yang atasnya teknologi masih harus menorehkan tandanya.

Untuk mengartikan industri kebugaran dan mengenali peluang-peluangnya, kita pertama harus membedakannya dari sebuah industri terkait yang didasarkan pada sebagian dari teknologi yang sama—industri healthcare (perawatan kesehatan) yang saat ini US$1,5 triliun.

Sekitar sepertujuh dari ekonomi AS, sekitar $1,5 triliun, dicurahkan pada apa yang secara keliru disebut bisnis “healthcare”. Healthcare adalah suatu kesalahan istilah, karena satu-per-tujuh dari ekonomi ini sebenarnya dicurahkan pada bisnis kesakitan—yang diartikan dalam kamus sebagai “kesehatan yang buruk, kesakitan, suatu kondisi kelainan, lemah, atau kurang sehat, atau penyakit spesifik.”

Bisnis kesakitan adalah reaktif. Meskipun besar, orang-orang menjadi pelanggan hanya ketika mereka terkena oleh bereaksi terhadap suatu kondisi atau kesakitan spesifik. Tak ada orang benar-benar ingin menjadi pelanggan.

Dalam 10 tahun ke depan, $1 triliun lagi dari ekonomi AS akan dicurahkan pada bisnis kebugaran yang belum-dinamai—yang diartikan dalam kamus sebagai “kualitas atau keadaan dalam kesehatan yang baik khususnya sebagai suatu tujuan yang dijalani secara aktif.”

Bisnis kebugaran adalah proaktif. Orang-orang dengan sukarela menjadi pelanggan—untuk merasa lebih sehat, untuk mengurangi efek-efek penuaan, dan untuk menghindari menjadi pelanggan dari bisnis kesakitan itu. Setiap orang ingin menjadi pelanggan dari pendekatan tahap-lebih awal menuju kesehatan ini.

Mulai titik ini ke depan saya gunakan batasan berikut ini:

Industri kesakitan Produk-produk dan jasa-jasa yang disediakan secara reaktif kepada orang-orang yang sudah mempunyai penyakit, mulai flu sampai tumor ganas. Produk-produk dan jasa-jasa ini berusaha mengobati gejala-gejala suatu penyakit atau menghilangkan penyakit itu.

Industri kebugaran Produk-produk dan jasa-jasa yang disediakan secara proaktif bagi orang-orang sehat (mereka yang belum berpenyakit) untuk membuat mereka merasa lebih sehat lagi dan tampil lebih baik, untuk memperlambat efek-efek penuaan, atau untuk mencegah penyakit-penyakit dari berkembang awalnya.

Cara Membaca Buku Ini

Sepanjang buku ini saya menyorot poin-poin penting yang perlu anda ketahui untuk menjelaskan pentingnya industri baru ini kepada keluarga, para rekan, klien, pelanggan, investor, dan mitra anda.

Saya juga menyorot poin-poin yang amat perlu untuk membantu anda merebut jatah anda lewat kewirausahaan, investasi, distribusi, dan/atau dengan menggunakan informasi ini untuk mengubah bisnis anda yang sudah ada saat ini.

Dalam Bab 1, saya berbagi dengan anda visi saya untuk industri kebugaran selama 10 tahun ke depan. Waktu saya memulai riset untuk buku ini, saya mengira item-item yang sudah ada dalam industri kebugaran—klub-klub fitness, vitamin-vitamin, dsb.—mungkin telah beromzet total beberapa milyar dollar di AS. Saya amat kaget menemukan bahwa omzet telah mencapai kira-kira $200 milyar—termasuk $70 milyar untuk vitamin dan $24 milyar untuk klub-klub fitness—dan namun hanya suatu persentase kecil dari penduduk tahu tentang kebugaran. Bayangkan apa yang akan terjadi saat lebih banyak orang mengerti potensi yang bisa ditambahkan kebugaran pada kualitas dan kelanggengan hidup mereka!

Dalam Bab 2, saya menerangkan gagasan permintaan, cara ia bekerja terkait dengan kebugaran, dan bagaimana pertumbuhan permintaan yang terkontrol bisa terjadi. Saya tunjukkan mengapa ke-$200 milyar dalam permintaan teruji saat ini hanyalah ujung dari gunung es dan mengapa produk-produk dan jasa-jasa baru ini merupakan permulaan dari sebuah sektor $1 triliun baru dari ekonomi kita (dibandingkan dengan produk-produk turunan dalam industri-industri yang sudah ada seperti agribisnis atau kedokteran).

Dalam Bab 3, anda tahu bagaimana industri agribisnis dan makanan $1 triliun kita yang sekarang membidik para konsumen yang kelebihan berat-badan dan kegemukan untuk konsumsi yang lebih banyak lagi—yang menyebabkan suatu krisis kesehatan di Amerika Serikat yang menemukan 61% dari penduduk saat ini kelebihan berat dan 27% secara klinis kegemukan. Angka-angka ini telah berlipat dua sejak 1980 dan meningkat 10% dalam 4 tahun terakhir. Bangsa-bangsa maju lainnya, khususnya dalam Masyarakat Eropa, tidak tertinggal jauh. Lalu, dalam Bab 4, anda belajar bagaimana ini telah menciptakan salah satu peluang bisnis terbesar zaman kita—mendidik para konsumen dan menyediakan makanan sehat dan vitamin-vitamin dan suplemen-suplemen yang perlu yang tak lagi terkandung dalam pasokan makanan moderen kita.

Dahulu, sebagian cukup besar dari industri kesehatan dan kesakitan mengurusi kebugaran. Pada awal abad yang lalu, terobosan-terobosan teknologi dalam imuninasi dan antibiotika memungkinkan kedokteran untuk mengembangkan tindakan-tindakan pencegahan bagi banyak penyakit (cacar air, tifus, tuberculosis, polio) yang telah menjadi cambuk umat manusia selama ribuan tahun.

Itu dulu.

Kebanyakan dari satu per tujuh dari penduduk dewasa AS yang bekerja dalam industri perawatan kesehatan saat ini berfokus pada mengobati gejala-gejala penyakit ketimbang pada mencegah penyakit. Ini karena lebih menguntungkan bagi perusahaan-perusahaan medis untuk meneliti dan mengembangkan produk-produk yang menciptakan pelanggan seumur hidup.

Itu juga karena pihak-pihak ketiga yang membayari kebanyakan pengobatan medis—perusahaan-perusahaan asuransi dan pada akhirnya majikan—tidak lagi mempunyai andil keuangan jangka-panjang dalam kesehatan pada pegawai mereka. Jika anda di antara 1/7 dari tenaga kerja dalam bidang perawatan kesehatan ini, Bab 5 menelaah sejumlah peluang wirausaha yang timbul dalam industri kebugaran bagi para profesional medis. Menyediakan produk-produk dan jasa-jasa kebugaran yang akan dengan sukarela dibeli orang-orang dengan uang mereka sendiri lebih manjur daripada menyediakan prosedur-prosedur birokratis bagi para pelanggan yang tidak bahagia yang tak punya pilihan yang dibiayai oleh pihak-pihak ketiga.

Dalam Bab 6 anda belajar mengapa sistem asuransi perawatan-kesehatan berbasis-majikan kita yang ada sekarang berada di tepi kehancuran dan apa yang bisa anda lakukan untuk melindungi diri dan keluarga anda. Meskipun ekonomi yang tetap naik dalam dekade terakhir, permohonan kebankrutan pribadi AS berlipat dua—dari kira-kira 750.000 pada 1990 menjadi 1,5 juta pada 1999—dengan banyak dari kenaikan itu disebabkan oleh musibah-musibah medis keluarga. Lalu dalam Bab 7 anda belajar betapa memilih keluar dari sistem berbasis-kesakitan yang ada (yaitu, mendapatkan Asuransi Kebugaran hari ini) bisa menghemat anda ribuan dollar setahun dan membayarkan produk-produk dan jasa-jasa kebugaran yang anda butuhkan untuk berinvestasi dalam kesehatan dan vitalitas jangka-panjang anda.

Peluang wirausaha untuk mengubah rumahtangga dari asuransi kesakitan ke kebugaran adalah suatu peluang sebesar seluruh bisnis kebugaran itu sendiri.

Meski sebagian dari perkembangan-perkembangan ini mungkin tampak menggirangkan hari ini, mereka semua tak ada apa-apanya dibandingkan dengan produk-produk dan jasa-jasa kebugaran baru yang akan datang. Seperti halnya dengan otomobil pada 1908 dan komputer pribadi pada 1981, produk-produk dan jasa-jasa baru terbaik masih dalam laboratorium dan akan masuk ke pasar dalam beberapa tahun ke depan. Sudah terjadi saat ini, dengan sebuah kain penyeka sederhana pada bagian dalam mulut, kita bisa memeriksa DNA seseorang dan meramalkan peluang dia terkena penyakit-penyakit tertentu. Memakai informasi ini, seorang pengusaha kebugaran bisa membidik terapi-terapi berbasis-latihan, makanan, vitamin dan suplemen spesifik—menambah bertahun-tahun dalam kuantitas dan kualitas hidup seorang pelanggan.

Peluang langsung ini pun tak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang datang berikutnya—karena kita sedang mendekati menguak kode genetic bagi penuaan itu sendiri, dan begitu kita menguaknya, industri kebugaran akan berada di garis depan dalam mendistribusikan produk-produk dan jasa-jasa hasilnya.

Dalam segala industri yang didasarkan pada teknologi baru, kekayaan wirausaha terbesar secara konsisten dibuat oleh mereka yang menyalurkan produk-produk dan jasa-jasa ketimbang oleh mereka yang membuatnya. Ini sebagian karena, dalam segala bidang teknologi yang maju pesat, disk CD-ROM hari ini adalah pita 8-track esok, dan hanya para penyalur yang tidak terikat ke suatu teknologi spesifik mampu dengan cepat beralih ke produk-produk baru dan lebih manjur. Tapi ini kebanyakan karena yang berikut, sebagaimana anda ketahui dalam Bab 8:

Masa ini, 70 sampai 80% dari biaya kebanyakan produk eceran adalah dalam distribusi—yang menjelaskan mengapa kekayaan individu terbesar antara 1970 dan 1999 dibuat oleh orang-orang yang terfokus pada menyalurkan barang-barang ketimbang pada membuat barang-barang.

Anda juga belajar dalam Bab 8 betapa sifat dari peluang di dalam distribusi telah belakangan ini berubah—dari distribusi fisik produk-produk itu sendiri ke distribusi intelektual dari informasi tentang mereka. Sam Walton (Wal-Mart) menjadi orang terkaya di dunia pada 1991 dengan secara fisik menyalurkan kepada para pelanggan apa yang mereka sudah tahu mereka inginkan; namun, pada 1999, Jeff Bezos (Amazon) menjadi Man-of-the-Year majalah Time dengan mengajari para pelanggan tentang produk-produk yang mereka tidak tahu bahkan ada. Tiada tempat ini lebih berlaku daripada dalam industri kebugaran yang sedang bangkit—suatu industri di mana kebanyakan biaya produk dan jasa terletak dalam distribusi mereka dan di mana mayoritas pelanggan mendatang belum tahu bahwa produk-produk itu bahkan ada.

Umpama saya memberitahu anda pada 1845 tentang gelombang perburuan emas yang akan datang ke California pada 1849. Tak soal betapa termotivasi anda untuk jadi kaya dan tak peduli betapa keras anda bekerja begitu anda sampai ke California, anda tak akan telah menghasilkan sepeser pun kecuali anda tahu di mana menaruh andil anda begitu anda sampai kesana. Dalam kenyataan, sedikit sekali dari para calon penambang yang menghabiskan hidup mereka mencari-cari emas benar-benar berhasil. Banyak dari kekayaan dari perburuan emas California dihasilkan oleh orang-orang menggunakan ketrampilan dan hubungan yang sudah mereka kembangkan di tempat lain untuk menyediakan produk-produk dan jasa-jasa bagi industri perburuan emas—orang-orang seperti Henry Wells (1805-1878) dan George Fargo (1818-1881), yang membentuk Wells Fargo Company untuk menyediakan jasa perbankan dan pengangkutan ekspres bagi para penambang.

Tiap-tiap kita mempunyai kemampuan generic, ketrampilan fungsional, dan hubungan pribadi berdasarkan paa apa yang telah kita lakukan dalam hidup kita sampai sekarang. Dalam Bab 9 anda belajar kemana anda seharusnya menanam andil anda terhadap jatah dari industri kebugaran $1 triliun dollar yang sedang bangkit ini.

Mulai menyediakan jasa-jasa sampai menyalurkan produk-produk sampai berinvestasi dalam perusahaan-perusahaan kebugaran, ada banyak peluang, tapi peluang-peluang terbaik bagi masing-masing kita adalah peluang-peluang yang terbaik menggunakan asset-aset yang sudah kita miliki.

Kelima Ciri Khas Industri-Industri Pervasif

Para investor dan pengusaha paling sukses tahu cara membedakan antara suatu fad yang sedang lewat dan suatu tren jangka-panjang—kelima ciri khas dari industri-industri pervasive yang tadi saya berjanji memberitahu anda. Mari kita pandang cirri-ciri ini dan menganalisis masing-masing berkenaan dengan industri kebugaran yang sedang bangkit.

Kebanyakan orang menganggap Henry Ford sebagai penemu otomobil pada 1908 dengan Model T-nya. Namun, mobil sebenarnya sudah ada selama puluhan tahun sebelumnya sebagai mainan rekreasi bagi kaum kaya. “Penemuan” sesungguhnya Ford adalah menggunakan berbagai teknologi baru untuk memproduksi, dalam bahasanya sendiri, sebuah mobil yang “harganya begitu rendah sehingga tak ada orang yang mendapat gaji yang baik akan tak bisa memilikinya.”

Suatu kisah serupa bisa diceritakan tentang radio, televisi, restoran, perjalanan pesawat jet, VCR, mesin faks, computer pribadi, e-mail, dan banyak temuan lainnya yang telah ada di mana-mana dan mengubah cara kita hidup.

Semua produk ini, seperti otomobil, bermula sebagai produk-produk bagi orang kaya. Lalu, begitu teknologinya maju sampai titik di mana mereka bisa diproduksi pada harga yang terjangkau bagi para pekerja, mereka jadi menjamur. Mengapa mereka jadi begitu populer? Apa lagi yang mendukung produk-produk dan jasa-jasa ini selain dari lebih dulu dinikmati oleh orang kaya?

Masing-masing produk atau jasa yang kini-menjamur ini memiliki lima karakteristik khas pada waktu mereka berpindah dari golongan-golongan ke massa.

Para pengusaha dan investor berpengalaman mencari kelima ciri berikut untuk ada sebelum mereka meluncurkan sebuah bisnis pasar-massa baru: (1) keterjangkauan, (2) kaki-kaki, (3) konsumsi terus-menerus, (4) daya tarik universal, dan (5) waktu konsumsi rendah.

  1. Keterjangkauan. Ketika VCR pertama muncul pada 1976, setiap rumahtangga menginginkannya, tapi sedikit yang bisa menjangkau harga $1.500-nya. Seiring teknologi maju menurunkan harganya ke kurang dari $100, begitu banyak VCR terjual sehingga sampai 1990 ada 121 juta VCR dalam 110 juta rumahtangga AS. Dalam sebagian kasus, seperti dengan otomobil atau rumah-rumah satu-keluarga, teknologi yang maju pesat tak bisa membuat mereka cukup murah agar terjangkau—tapi kemudian industri baru lainnya, pembiayaan konsumen, muncul untuk menyebar biaya itu secara bulanan yang terjangkau.

  1. Kaki-kaki. Pemasaran sebanyak apa pun tak akan membuat sebuah produk atau jasa menjamur kecuali ia memiliki kaki-kaki—kemampuan untuk keluar rak tanpa promosi begitu suatu massa kritis orang memilikinya. Mobil, televisi, dan PC semua adalah produk yang para konsumen langsung inginkan begitu mereka melihatnya dinikmati oleh orang-orang lain. Kuburan-kuburan pemasaran penuh dengan produk-produk yang berhenti terjual begitu promosi mereka berhenti.

  1. Konsumsi terus-menerus. Memakan biaya lebih dari $100 masa ini dalam promosi dan periklanan untuk membuat konsumen mencoba sebuah produk baru, dan itu cuma untuk melihat apakah mereka menyukainya. Kalau mereka memang menyukainya, untuk sukses ia harus bagian dari sebuah bisnis dengan produk atau jasa yang mereka akan terus beli. Dengan televisi atau radio, pemakaian terus-menerus membawa pada lebih banyak penjualan iklan, yang membawa pada lebih banyak penayangan, yang membawa pada lebih banyak televisi dan radio. Meski seorang konsumen mungkin membeli VCR seharga $100 hanya sekali tiap lima tahun, setiap VCR menciptakan ratusan dollar dalam penjualan dan persewaan tahunan dari kaset-kaset rekaman. Begitu orang-orang membeli PC baru, mereka lazimnya lalu menginginkan printer baru, monitor yang lebih bagus, koneksi Internet lebih cepat, dsb. Produk-produk yang ada di mana-mana harus dikonsumsi terus-menerus agar sukses.

  1. Daya tarik universal. Agar menjadi sebuah bisnis pasar-massa yang mengubah cara kita hidup, khususnya dengan biaya tinggi masa ini dari pendidikan pelanggan, produk atau jasa itu haruslah yang diinginkan oleh nyaris tiap orang yang tahu tentangnya. Hampir tiap orang hari ini menginginkkan mobil, radio, atau PC—tapi tidak tiap orang menginginkan kayak, sepeda, atau pesiar mewah. Namun, hanya karena sebuah bisnis berdaya tarik universal tidak berarti bahwa ada yang namanya produk universal—tiap konsumen punya kebutuhan-kebutuhan berbeda yang harus dipuaskan di dalam keluarga produk yang sama. Henry Ford awalnya membuat Model T-nya terjangkau dengan membuat suatu model universal tunggal, yang sering sesumbar bahwa dia akan menjual pada anda mobil “dengan warna apa saja yang anda mau, sepanjang itu itu hitam.” Namun Ford kalah pada 1920-an dari General Motors ketika GM menarik pemilik Model T yang ingin menukar ke suatu model berkualitas lebih tinggi dengan pilihan warna-warna yang luas dan dengan perubahan-perubahan model tahunan untuk merangsang permintaan berulang.

  1. Waktu konsumsi rendah. Inilah tantangan terbesar saat ini bagi produk-produk dan jasa-jasa baru yang mencoba menjadi hadir di mana-mana—para konsumen yang sibuk harus punya waktu untuk menikmatinya. Pada waktu mereka menjadi tersebar luas, kebanyakan dari produk-produk yang menjamur hari ini, selain dinikmati, sebenarnya menghemat waktu konsumen. Otomobil dan pesawat jet mengantarkan mereka kesana lebih cepat, VCR memungkinkan mereka menonton sebuah film dalam lebih sedikit waktu daripada yang diperlukan untuk pergi ke bioskop (atau memberi mereka lebih banyak waktu dengan keluarga mereka sambil mereka menonton acara kegemaran mereka sambil makan malam), dan PC menghasilkan surat-surat jadi dalam sepersekian dari waktu yang diperlukan memakai mesin tik.

Kebugaran Adalah Sebuah Industri Pervasif Yang Tak Akan Pudar

Sampai baru-baru ini, banyak produk dan jasa kebugaran tersedia hanya bagi orang kaya. Saya pertama jadi sadar bahwa produk-produk dan jasa-jasa itu ada waktu kami membangun rumah pantai keluarga kami di Pacific Palisades, California, dan saya perhatikan bagaimana para tetangga saya yang kaya dan tersohor menghadapi soal makanan dan kesehatan. Setelah saya menjadi konsumen kebugaran, saya ternyata sulit memperoleh banyak produk dan jasa yang saya inginkan ketika saya bepergian keluar komunitas atas saya—mulai restoran-restoran yang menyajikan makanan sehat sampai fasilitas-fasilitas olahraga di hotel-hotel.

Hari ini segalanya mulai berubah. Tiap hari lebih banyak restoran menyajikan makanan sehat, fasilitas-fasilitas olahraga baru dibuka, dan lebih banyak vitamin dan suplemen dipromosikan dalam iklan umum. Tapi apakah segalanya telah cukup berubah bagi industri kebugaran untuk siap melompat dari kelas-kelas ke massa? Untuk menjawab pertanyaan itu, mari kita lihat lebih dekat kelima karakteristik dari produk-produk yang ada di mana-mana dan bagaimana industri kebugaran berkaitan dengan masing-masing karakteristik.

Pertama, apakah produk-produk dan jasa-jasa kebugaran terjangkau? Dulu satu-satunya cara untuk mendapatkan makanan segar sehat adalah membuatnya sendiri. Restoran-restoran menghidangkan masakan mahal berat atau makanan olahan prakemas. Hari ini, makanan sehat tersedia tidak hanya di restoran-restoran makanan-kesehatan, tapi di kebanyakan tempat makan, seiring mereka menambahkan alternative-alternatif yang terjangkau dan sehat pada menu mereka. Seperti kita kaji nanti secara lebih terperinci, penurunan harga-harga serupa sedang terjadi dalam bidang-bidang kebugaran lainnya: Para pelatih pribadi kini bekerja per jam bagi belasan bukannya bagi hanya satu selebriti, dan vitamin-vitamin dan suplemen-suplemen berkualitas kini langsung tersedia tanpa harus menanam atau mencampurnya sendiri. Apalagi, seperti kita bahas dalam Bab 7, saat menyangkut membuat kebugaran terjangkau, program-program asuransi kesehatan baru sedang bermunculan yang akan membayari biaya-biaya kebugaran, jika demi tiada alasan lain selain untuk menghemat uang atas biaya-biaya sakit.

Kedua, apakah produk-produk industri kebugaran punya kaki-kaki untuk “keluar sendiri dari rak” tanpa promosi terus-menerus? Setiap kali para konsumen kebugaran yang sukses menyebutkan usia mereka, dengan gesit melakukan suatu aktivitas fisik, atau menurunkan berat badan, kawan-kawan dan rekan-rekan mereka bertanya apa yang mereka sedang lakukan untuk tampak begitu muda, jadi begitu kuat, atau mendapatkan bentuk tubuh begitu bagus. Selalu, respon mereka membawa pada pembelian item serupa oleh orang yang bertanya itu.

Produk-produk dan jasa-jasa industri kebugaran mungkin memiliki kaki-kaki terkuat dari segala produk atau jasa, karena orang-orang langsung memperhatikan ketika seseorang mempunyai suatu pengalaman kebugaran dan sangat ingin meniru hasil-hasil mereka.

Ketiga, apakah produk-produk dan jasa-jasa kebugaran dikonsumsi terus-menerus? Oleh sifatnya, vitamin-vitamin, olahraga, makanan, dan produk dan jasa kebugaran lainnya mungkin adalah produk dan jasa yang paling terus-menerus dikonsumsi dalam ekonomi kita. Ketika para konsumen kebugaran menemukan sesuatu yang manjur bagi mereka, mereka lazimnya menjadi konsumen fanatic dari produk dan jasa itu dan menjadi terbuka untuk mencoba item-item kebugaran lain. Misalnya, begitu orang-orang mulai berolahraga untuk menurunkan berat badan, mereka kerap mulai memakan suplemen-suplemen diet dan mencari masakan yang lebih sehat.

Keempat, apakah produk-produk dan jasa-jasa kebugaran punya daya tarik universal? Setiap manusia, tak peduli betapa sehat atau bugar, ingin lebih sehat atau lebih bugar lagi. Ini sebagian karena tak ada batas terhadap seberapa bugar dan sehat kita bisa merasa, tapi kebanyakan karena hanya industri kebugaran menawarkan solusi-solusi terhadap masalah universal penuaan manusia daripada cuma memberitahu para konsumen yang menua untuk secara buta menerima kondisi fisik mereka yang memburuk.

Terakhir, dan mungkin paling penting dalam menilai prospek jangka-pendek maupun jangka-panjang bagi industri kebugaran, apakah para konsumen memiliki waktu yang diperlukan untuk mengonsumsi kebanyakan produk dan jasa kebugaran? Jawaban atas pertanyaan ini meramalkan dengan baik seluruh ekonomi kita dan juga industri kebugaran.

Seperti dijelaskan dalm Bab 2, pertumbuhan ekonomi moderen kita bergantung pada para konsumen membelanjakan penghasilan disposable mereka yang meningkat pada barang-barang mewah yang segera menjadi kebutuhan—sering pada produk-produk dan jasa-jasa baru yang tidak ada ketika mereka lahir. Namun, kajian erat atas sebagian produk dan jasa baru ini menghasilkan suatu paradoks yang bisa membatasi pertumbuhan ini dalam waktu mendatang.

Kebanyakan produk mewah baru, mulai motor Harley-Davidson sampai traktor kebun, punya satu kekurangan besar: Mereka memakan waktu untuk dinikmati. Ini salah satu paradoks besar dari kehidupan moderen. Tiap tahun, para konsumen tampak memiliki lebih dan lebih banyak penghasilan disposable tapi lebih dan lebih sedikit waktu untuk menikmatinya. Kontras dengan stereotip “kaya menganggur” dan “miskin bekerja” dari masa lalu, penghasilan disposable masa ini berbanding terbalik dengan waktu senggang bagi hampir setiap tingkat golongan. Waktu anda menanyai orang-orang bertahun-tahun lalu kenapa mereka tidak membeli suatu barang baru tertentu, respon lazim mungkin adalah bahwa mereka tak bisa menjangkaunya. Hari ini, respon yang lebih mungkin adalah bahwa mereka belum punya waktu untuk bermain dengan barang baru yang mereka beli seminggu atau sebulan yang lalu.

Lebih-lebih, semakin banyak dari pertumbuhan dalam permintaan konsumen masa ini adalah untuk hiburan dan layanan-layanan ketimbang untuk produk-produk fisik. Pembelian-pembelian yang memakan-waktu ini, mulai pijat sampai pesiar mewah sampai tiket opera, mempunyai pembatasannya sendiri atas permintaan—hari 24-jam dan tahun 365-hari. Sebagian konsumen melaporkan bahwa keterbatasan waktu utama mereka masa ini berasal dari kegiatan-kegiatan senggang lainnya ketimbang dari pekerjaan mereka.

Ekonomi moderen kita bisa berhenti karena suatu batas non-moneter semacam itu terhadap permintaan konsumen—kecuali, tentu, teknologi bisa memunculkan produk-produk dan jasa-jasa yang dikehendaki oleh konsumen yang tidak memakan waktu untuk dinikmati.

Produk-produk dan jasa-jasa kebugaran mungkin merupakan satu-satunya sektor pengeluaran konsumen yang tak memakan waktu untuk dinikmati. Uang yang dibelanjakan untuk membuat seseorang merasa lebih kuat, tersenyum lebih baik, tampak lebih muda, atau merasa lebih kuat menghasilkan imbalan yang dinikmati setiap saat dari setiap hari—di pekerjaan, di rumah, dan pada setiap saat di antaranya.

Jelas bahwa kebugaran (wellness) akan segera mengubah hidup kita sebagaimana dulu otomobil atau komputer pribadi mengubah hidup kita. Sebelum saya menjelaskan bagaimana anda, sang pengusaha, bisa meraih keuntungan dari industri pervasif dan abadi dengan potensi pertumbuhan sangat besar ini, mari kita kaji bagaimana industri kebugaran bermula dan seberapa pervasif ia akan segera menjadi.

Rabu, 04 Juni 2008

Pendahuluan: Apa Yang Salah Dengan Kita

Krisis Moneter 1997, yang kemudian berkembang menjadi Krisis Total, merupakan momen yang mengungkap kebobrokan sistem ekonomi dan politik Indonesia yang telah coba ditutupi selama 32 tahun oleh rezim Orde Baru. Pertumbuhan pesat ekonomi dan kestabilan politik telah mempesona kita maupun bangsa-bangsa lain sehingga membutakan mata betapa ekonomi dan politik kita dibangun di atas fondasi yang sangat rapuh dan korup.

Juni 1997, rupiah terserang badai dolar setelah baht Thailand rontok. Dalam 6 bulan ekonomi kita jatuh. Memasuki Desember 2007 nilai rupiah anjlok ke Rp 5.000 per US$. Kita ibarat naik jet coaster yang sedang meluncur turun tak terkendali. Dalam waktu tiga tahun, Indonesia berubah dari Emerging Tiger menjadi New Beggar, dari negara berpenghasilan menengah (US$1.050 per kapita) menjadi negara miskin (US$400 per kapita).

Selama 1998-1999 pemerintah berusaha menahan agar Indonesia tidak terempas ke dasar laut krisis. Pemilu demokratis 1999 menghasilkan pemerintahan baru. Namun, sepanjang 1999-2001, kebijakan-kebijakan pembangunan boleh dibilang tak menghasilkan kemajuan. Pemulihan ekonomi tidak kunjung berjalan di jalur yang benar. KKN (Korupsi, Kolusi, & Nepotisme) menjadi tantangan terbesar bagi pemerintah untuk diberantas. Bahkan, kondisi korupsi era Reformasi sudah sedemikian rupa sehingga Presiden Abdurrahman Wahid saat itu mempunyai anekdot tentang ini:

Di zaman Orde Lama, korupsi dilakukan di bawah meja. Di zaman Orde Baru korupsi dilakukan di atas meja. Di zaman Reformasi hari ini, mejanya pun ikut dikorupsi.”

Pergantian presiden terjadi pada 2001. Wapres Megawati naik menjadi presiden. Namun, sepanjang 2001-2004, sementara negara-negara lain yang terlanda krisis moneter seperti Korea, Hong Kong dan Thailand sudah pulih, Indonesia masih terpuruk.

Lagi-lagi sebabnya korupsi. Pada 2002, Kepala Bappenas Kwik Kian Gie mengungkap kondisi mencemaskan korupsi kita. Perkiraan kekayaan negara yang dikorup per tahun (2002-2003) mencapai Rp 444 triliun. Wabah KKN di Indonesia menonjol di lingkungan PNS, parpol, Polri, dan Militer dalam bentuk suap, pemerasan halus, manipulasi, money politics, dan kolusi bisnis. Teten Masduki dari Indonesian Corruption Watch (2003) bahkan menyebutkan penyuap di Indonesia lebih kuat dari yang disuap. Sementara Kwik Kian Gie (2003) mengatakan, "bangsa Indonesia hancur karena kolaborasi konglomerat (elit pengusaha) dengan elit kekuasaan".

Profesor Toshiko Kinoshita, Guru Besar Universitas Waseda, Jepang yang diperbantukan pemerintah Jepang kepada Presiden Megawati bahkan menyimpulkan bahwa korupsi adalah “bagian hidup” masyarakat Indonesia. Katanya, “Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang hanya berorientasi mengejar uang untuk memperkaya diri sendiri dan tidak pernah berpikir jangka panjang. Ciri ini tidak hanya terlihat di kalangan masyarakat lapisan-bawah, tapi juga kaum politisi dan pejabat pemerintahannya” (Kompas, 2 April 2002).

Hingga saat ini, Indonesia masih menduduki posisi memprihatinkan dalam hal korupsi. Sejak 1998, skor indeks persepsi anti-korupsi Indonesia yang dikeluarkan oleh Transparency International berada pada posisi yang rendah. Kita bahkan hampir selalu berada di posisi “juara” negara paling korup. Korupsi menyebabkan ekonomi biaya-tinggi, politik yang tidak sehat, dan kemerosotan moral. Ia juga menyebabkan mutu pembangunan manusia Indonesia berada di peringkat 111, setingkat di atas Vietnam, tetapi jauh di bawah negara-negara tetangga di Asia Tenggara, bahkan di bawah Srilanka (96) (UNDP, 2004).

Korupsi juga mengakibatkan negara kita mempunyai daya saing rendah, bahkan dibandingkan dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara dan Selatan. Laporan World Competitiveness Report 2005 menunjukkan, dari 60 negara yang disurvei, Indonesia berada pada peringkat 59 (setingkat di atas Venezuela).

KKN & Kerusakan Poleksosbud

Korupsi bukan saja merampas hak-hak publik, tetapi juga merusak sistem perekonomian, sendi-sendi politik, hubungan sosial, dan cara berpikir. Contohnya, dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) pernah dikabarkan “menguap” sekitar Rp 10 triliun. Bila itu memang terjadi, betapa publik telah kehilangan haknya atas dana sebanyak itu.

Dana JPS itu seharusnya diperuntukkan bagi orang-orang tidak mampu. Dana itu bertujuan untuk membuat rakyat miskin tertolong untuk membeli makanan, pendidikan, dan perawatan kesehatan. Dengan hilangnya dana itu, hilang kesempatan bagi anak-anak untuk mengenyam pendidikan, mengonsumsi makanan bergizi, dan mendapatkan perawatan kesehatan.

Padahal, pendidikan merupakan investasi jangka panjang bagi sebuah negara. Makanan bergizi bertujuan membuat generasi penerus hidup sehat dan bisa menjalankan tugas-tugas sehari-hari. Bantuan perawatan kesehatan juga bisa membuat warga miskin menjadi hidup lebih sehat dan selanjutnya memiliki produktivitas dalam berusaha.

Namun, karena mereka tidak mendapatkan haknya itu, salah satu kerugian pada perekonomian telah terjadi, yakni hilangnya potensi produktivitas, hilangnya kesempatan bagi generasi penerus yang sehat untuk memberi kontribusi pada perekonomian. Dan, yang terburuk, hal itu bisa menghasilkan sebuah generasi yang hilang.

Menurut Kwik Kian Gie, kerusakan oleh korupsi tidak lagi terbatas pada perekonomian. Ia sudah menjelma menjadi kerusakan pemikiran, perasaan, moral, mental, dan akhlak yang selanjutnya membuahkan kebijakan-kebijakan politik yang sangat tidak masuk akal (Kompas, 25 Oktober 2003). Kebijakan-kebijakan itu tidak berpihak kepada rakyat, dan memunculkan ketidakadilan dan kesenjangan yang besar antara kaum kaya dengan kaum miskin. Contoh nyata dari ini adalah bahwa kekayaan alam Indonesia yang seharusnya bisa dimanfaatkan seluruh rakyat Indonesia hanya dinikmati segelintir orang karena korupsi.

Negara ini dikaruniai kekayaan sumberdaya hutan dan menjadikannya negara produsen kayu terbesar di dunia. Namun, Indonesia kini dihadapkan pada kenyataan hutan yang gundul karena dana reboisasi (DR) yang praktis hanya Rp 10 triliun dikorup. Hilanglah sebuah hutan yang lestari akibat korupsi DR.

Walaupun telah gundul, masih saja terjadi penebangan liar yang hasilnya diselundupkan ke luar negeri dengan nilai sekitar 2 miliar dollar AS. Sumberdaya mineral kita dieksploitasi secara tidak bertanggung jawab dan manfaatnya yang terbesar jatuh kepada kontraktor asing dan kroni Indonesia. Rakyat pemilik kekayaan alam yang terkandung di dalamnya memperoleh manfaat yang sangat minimal.

Contoh lain penjarahan ekonomi adalah pencurian ikan di perairan Indonesia oleh kapal-kapal asing. Nilainya diperkirakan antara 3 sampai 4 miliar dollar AS. Pasir Indonesia juga dicuri, dengan nilai yang hilang minimal sekitar 3 miliar dollar AS.

Sektor ekonomi yang juga dilanda korupsi besar-besaran adalah perbankan. Bank-bank kita digerogoti oleh para pemiliknya sendiri. Uang masyarakat yang dipercayakan kepada bank-bank dalam negeri dipakai sendiri oleh para pemilik bank untuk mendanai pembentukan konglomerat lewat pola mark-up (menggelembungkan nilai proyek).

Dari segi angka-angka, korupsi di Indonesia cukup dahsyat dampaknya. Dampak korupsi terhadap anggaran negara sangat bisa dilihat dengan jelas. Di satu sisi Indonesia memiliki tumpukan utang besar. Utang dalam negeri pemerintah saja mencapai Rp 700 triliun. Utang luar negeri mencapai 76 miliar dollar AS. Namun, di sisi lain, sumberdaya alam yang seharusnya bisa membuat Indonesia terhindar dari utang tidak dimanfaatkan.

Meski sudah punya tumpukan utang, Indonesia masih harus mengais utang sebesar 3 miliar dollar AS per tahun, antara lain untuk menutupi arus uang yang harus mengalir untuk membayar bunga dan cicilan utang luar negeri.

Terakhir, KKN juga telah merusak hubungan sosial. Orang-orang dan lembaga-lembaga masyarakat saling mencurigai secara luas. Seolah tidak ada celah lagi di masyarakat kita untuk membangun silaturahmi dengan hati bersih dan tulus. Rasanya kita telah kehilangan salah satu modal dasar masyarakat beradab, yaitu rasa saling percaya.

Kemiskinan

Akibat langsung terparah dari krisis multidimensi sejak 1997 adalah pertambahan jumlah penduduk miskin. Kalau pada tahun 1996 persentase penduduk miskin adalah 12%, setelah krisis jumlah penduduk miskin naik menjadi lebih dari 30% pada 1998.

Kemiskinan yang kita alami kian mengerikan. Data Bank Dunia November 2006 menyebutkan, kemiskinan di Indonesia 149 juta jiwa dari total penduduk Indonesia 220 juta jiwa. Selain itu ada indikator lain dari kemiskinan yang bisa digunakan, yaitu indeks kesenjangan kemiskinan (poverty gap index) dan indeks keparahan kemiskinan. Setelah krisis, bangsa kita mengalami lonjakan tingkat keparahan kemiskinan, yaitu lebih dari 4 kali lipat di kawasan pedesaan, dan kurang dari 1,5 kali lipat di perkotaan. Sementara angka kesenjangan kemiskinan di pedesaan naik 1,5 kali, dan di perkotaan agak lebih tinggi. Dus, krisis ekonomi telah memperdalam dan memperparah kemiskinan.

Masyarakat kita bukannya belum melakukan apa-apa untuk memperbaiki kondisi-kondisi memprihatinkan seperti di atas. Sebaliknya, telah sangat banyak yang dilakukan oleh berbagai unsur masyarakat kita untuk memberi sumbangsih pada perkembangan masyarakat yang adil dan makmur. Aktivisme—yaitu aksi atau gerakan untuk mengadakan perubahan sosial atau politik dengan mempengaruhi penduduk atau pemerintah—yang marak dalam era Reformasi ini membuktikan hal itu.

Ada Gerakan Disiplin Nasional, Gerakan jalan lurus lintas pakar dan agama, gerakan antisuap KADIN, atau koalisi Nahdlatul Ulama dengan Muhammadiyah dalam membangun good governance termasuk mencegah KKN sebagai tindakan fasad (merusak tatanan semesta).

Bahkan, Bappenas melalui kajian ilmiah menawarkan 14 prinsip pembangunan yang representatif: 1. Visioner; 2. Transparan; 3. Responsif; 4. Akuntabel; 5. Profesionalitas; 6. Efisien dan Efektif; 7. Desentralisasi; 8. Demokratis dan berorientasi pada Konsensus; 9. Parsitipatif; 10. Kemitraan; 11. Supremasi Hukum; 12. Pengurangan kesenjangan; 13. Komitmen pada pasar;14. Komitmen pada lingkungan hidup.

Namun, meski aksi-aksi, strategi-strategi, dan prinsip-prinsip tersebut baik dan positif dalam menciptakan good governance, mereka bukanlah solusi terhadap akar permasalahan bangsa. Ibarat suatu penyakit, mereka hanya menghilangkan gejala-gejalanya yang tampak, tetapi sama sekali tidak menyentuh akar penyakitnya. Dengan pendekatan pengobatan-gejala semacam itu, setelah gejala-gejala itu hilang, penyakit itu bisa kambuh dan memunculkan gejala-gejala yang sama itu jika kondisi-kondisi yang memicu kambuhnya penyakit itu pada awalnya tercapai.

Jadi, yang bangsa kita butuhkan saat ini adalah solusi super, solusi yang memecahkan akar permasalahan bangsa, bukan hanya yang meredam sementara gejala-gejala yang terdeteksi dari akar masalah itu. Baru di dalam bingkai solusi super inilah, semua aktivisme dan solusi yang lebih rendah seperti di atas akan efektif.

Solusi Supernya: Perampingan & Reformasi Pemerintahan

Tesis dari buku ini ada dua: (1) Kebanyakan masalah sosial, ekonomi dan politik dalam kehidupan berbangsa yang kita hadapi saat ini berakar pada apa yang diistilahkan sebagai Big Government; (2) Cara kita memerintah mencerminkan cara kita menghasilkan kekayaan.


Big Government adalah istilah peyoratif (berkonotasi jelek) untuk menggambarkan suatu pemerintah yang terlalu besar, korup dan tidak efisien, atau yang secara tidak semestinya mencampuri aspek-aspek kehidupan yang dipandang sebagai bersifat pribadi atau dalam area privat, seperti keimanan, ibadah keagamaan, perilaku seks, atau internal organisasi.

Big Government juga mengacu kepada program-program pemerintah di mana tujuan-tujuan kebijakan sebenarnya bisa dicapai dengan organisasi-organisasi yang lebih kecil dan lebih gesit; usaha-usaha untuk menasionalisasi program-program yang tradisinya dilaksanakan di tingkat lokal; melaksanakan program-program yang berusaha menjalankan fungsi-fungsi yang wajarnya terkait dengan sektor swasta atau organisasi-organisasi swasta (seperti kelompok-kelompok nirlaba atau organisasi-organisasi keagamaan); program-program mahal yang cenderung naik biaya-biayanya dalam jangka panjang karena analisis biaya yang buruk; resistensi terhadap upaya-upaya reformasi baik secara internal maupun eksternal; birokrasi-birokrasi besar yang kurang dalam akuntabilitas atau pertanggungjawaban; sedikit atau tak ada pengendalian dan perimbangan atas kekuasaan di dalam organisasi; faedah-faedah nyata yang terbatas yang diberikan kepada para warga; dan tidak efektif biaya (manfaat lebih kecil daripada biaya-biaya).

Sebagaimana gejala obesitas atau kegemukan pada orang yang sering berarti buruk, Pemerintah Besar adalah suatu keburukan. Justru ukuran atau struktur mereka yang besarlah yang menyimpangkan mereka dari memenuhi amanat itu.

Mengapa akar dari kebanyakan permasalahan bangsa terletak dalam pemerintahan besar?

Jawabnya adalah karena pemerintahan merupakan sektor kebaktian terpenting dari masyarakat manusia. Jauh sebelum sektor swasta dan nirlaba muncul dan berkembang, sektor publik berfungsi sendirian untuk membina sebuah masyarakat yang baik. Masyarakat manusia pertama yang beradab di Bumi ini lahir setelah munculnya pemerintahan primitif pertama yang diemban oleh Adam, nabi pertama yang diutus Tuhan ke dunia ini. Tanpa kebangkitan Adam sebagai pemerintah pertama, dunia manusia saat ini tidak akan banyak berbeda dengan dunia fauna!

Demikian mendasarnya keberadaan pemerintah dalam masyarakat manusia, sehingga setelah lebih dari 6.000 tahun umat manusia mengenal konsep masyarakat yang tertib atas dasar hukum dan merasakan faedah-faedah hidup sebagai masyarakat tertib, sebagian besar dari kita secara naluriah percaya bahwa pemerintah yang otoriter, bahkan zalim, masih lebih baik daripada tidak ada pemerintah sama sekali (alias anarki)!

Tetapi, itu tentu sama sekali bukan alasan pembenar untuk menenggang atau membiarkan pemerintah-pemerintah otoriter yang menguasai kebanyakan politik abad ke-20, dan pemerintah-pemerintah demokratis namun besar dan korup yang berlaku masa ini. Itu hanya berarti bahwa kita perlu mengadakan perubahan sosial, ekonomi dan politik secara damai tanpa anarki, yaitu melalui dialog-dialog dan seruan-seruan yang santun dan penuh hikmah kepada kebaikan.

Mengapa pemerintah harus direformasi dan dirampingkan secara drastis?

Pasangan cendekiawan Alvin dan Heidi Toffler menyatakan bahwa peradaban dunia telah mengalami tiga gelombang perubahan atau revolusi. Revolusi pertanian lebih dari 10.000 tahun lalu meluncurkan gelombang pertama perubahan dalam sejarah manusia; revolusi industri 300 tahun lalu memicu gelombang kedua perubahan; dan hari ini kita telah merasakan dampak gelombang ketiga perubahan.

Tiap gelombang perubahan membawa serta sejenis peradaban baru. Hari ini, kita telah menemukan suatu peradaban Gelombang Ketiga revolusioner dengan ekonominya sendiri, bentuk-bentuk keluarganya, medianya, dan politiknya sendiri.

Peradaban Gelombang Kesatu terkait dengan tanah. Ia adalah produk dari revolusi pertanian. Hari ini saja masih banyak orang hidup dan mati dalam masyarakat-masyarakat pramodern agraris, menggarap tanah seperti dilakukan nenek moyang mereka ratusan tahun silam.

Peradaban Gelombang Kedua berawal sekitar 300 tahun lalu ketika sains Newton pertama bangkit dan mengubah secara mendasar kehidupan banyak orang. Saat itu mesin uap pertama digunakan secara ekonomis dan pabrik-pabrik pertama mulai bermunculan di Inggris, Perancis, dan Italia. Rakyat jelata mulai pindah ke kota-kota. Ide-ide baru yang berani mulai beredar—ide kemajuan; doktrin hak-hak individu; pemikiran tentang kontrak sosial; sekularisme; pemisahan agama dan negara; dan ide baru bahwa para pemimpin perlu dipilih oleh kehendak rakyat, bukan hak dari langit.

Yang menggerakkan banyak perubahan ini adalah suatu cara baru menciptakan kekayaan—produksi pabrik. Dan sebentar kemudian banyak elemen berkumpul membentuk suatu sistem: produksi massa, konsumsi massa, pendidikan massa, media massa semua dipadukan dan dilayani oleh lembaga-lembaga terkhusus—sekolah-sekolah, perseroan-perseroan, dan partai-partai politik. Bahkan struktur keluarga berubah dari rumahtangga besar gaya-agraris di mana beberapa generasi hidup bersama ke keluarga inti kecil yang khas dari masyarakat industri.

Kemudian, ekonomi Gelombang Ketiga lahir di Amerika Serikat pada 1956 ketika jumlah pegawai kerah-putih dan jasa untuk kali pertama melebihi jumlah pekerja pabrik kerah-biru—suatu pertanda awal bahwa ekonomi “cerobong-asap” Gelombang Kedua sedang memudar.

Tak lama kemudian beberapa futuris dan ekonom perintis mulai menelusuri pertumbuhan intensivitas-pengetahuan dalam ekonomi AS dan mencoba mengantisipasi dampak jangka-panjangnya. Pada 1961 IBM meminta seorang konsultan untuk menyusun suatu laporan tentang dampak-dampak sosial dan organisasi jangka-panjang dari otomasi kerah-putih (banyak dari kesimpulan-kesimpulannya masih valid hari ini). Pada 1962 ekonom Fritz Machlup menerbitkan kajian terobosannya, The Production and Distribution of Knowledge ini the United States.

Pada 1968, AT&T, saat itu perseroan swasta terbesar dunia, memerintahkan suatu studi untuk membantunya menentukan ulang misinya. Pada 1972, sepuluh tahun sebelum ia dipecah-pecah oleh pemerintah AS, ia menerima laporan itu—sebuah dokumen ‘nyleneh’ yang mendesak perusahaan itu untuk merestrukturisasi diri secara drastis dan untuk memecah diri.

Laporan itu menguraikan cara-cara sebuah birokrasi raksasa gaya-industri Gelombang Kedua bisa mengubah dirinya menjadi sebuah organisasi yang lincah dan bergerak-cepat. Tetapi AT&T menahan laporan itu selama 3 tahun sebelum membolehkannya beredar dalam manajemen puncak. Kebanyakan perusahaan besar Amerika ketika itu belum mulai berpikir melebihi reorganisasi berangsur. Pemikiran bahwa bedah radikal akan mereka butuhkan untuk bertahan hidup dalam ekonomi berbasis-pengetahuan yang akan muncul nampak dibesar-besarkan. Namun Gelombang Ketiga segera menghempaskan banyak organisasi terbesar dunia ke dalam restrukturisasi paling menyakitkan dalam sejarah mereka.

Dus banyak perusahaan raksasa Amerika saat itu mulai mencari-cari misi-misi baru dan struktur-struktur organisasi baru. Sederetan doktrin manajemen baru muncul seiring metode menciptakan kekayaan berubah.

Seperti IBM abad-20, pemerintah-pemerintah di Indonesia (mulai tingkat kota/kabupaten sampai pusat) hampir sempurna diorganisir bagi sebuah dunia Gelombang Kedua. Seperti perseroan ini, mereka dirancang untuk operasi-operasi terkonsentrasi, masal, dan linier dari atas ke bawah.

Permasalahan sosial, ekonomi dan politik yang kita alami khususnya sejak Krisis Multidimensi 1997 menghendaki perubahan dari pemerintahan birokratis ke pemerintahan ramping dan entrepreneurial (berjiwa wirausaha). Birokrasi Indonesia saat ini, yang cocok bagi era industri dan zaman krisis ekonomi dan militer abad ke-20 silam di mana ia diciptakan, bukanlah sistem pemerintahan terbaik bagi zaman informasi pasca-industri abad ke-21 ini.

Selama awal zaman Orde Baru, bangsa ini menginginkan stabilitas dan keamanan dari pemerintah. Bangsa ini juga menginginkan regulasi pemerintah untuk mencegah korupsi. Birokrasi hirarkis kaku yang terbangun memberikan stabilitas dan kendali ini. Karena kepentingan-kepentingan bangsa masih cukup seragam, dan tekanannya adalah pada stabilitas dibandingkan kualitas, sistem ini cukup manjur. Namun, dengan berfokus pada meregulasi prosesnya, birokrasi melupakan hasil-hasilnya, dan dengan membuatnya sulit untuk mencuri uang rakyat, ia juga menjadi sulit untuk mengelola uang rakyat.

Kualitas dan pilihan bukanlah yang sistem birokratis dirancang untuk sediakan. Efisiensi juga mustahil dalam suatu sistem peraturan yang rumit dan pengambilan putusan yang bertele-tele.

Sektor-sektor berbeda dari ekonomi (publik, swasta, dan nirlaba) akan menyediakan barang dan jasa yang terbaik dihasilkan masing-masing sistem secara terpisah atau sebagai upaya kolektif (Osborne dan Gaebler, 1992). Karena lingkup dan kapasitasnya luas dan ia bekerja secara demokratis (yaitu dari, oleh dan untuk rakyat), pemerintah paling baik berperan memberikan kebijakan, keadilan sosial, arah ekonomi, dan mencegah diskriminasi. Karena keluwesan pasar dan kekuatan-kekuatan persaingan, sektor swasta paling baik menyediakan barang-barang dan jasa-jasa bermutu serta pilihan-pilihan kepada konsumen. Sektor nirlaba atau “sukarela” terbaik menyediakan layanan-layanan kemanusiaan dan barang-barang yang tidak menghasilkan laba karena skala yang umumnya kecil dan fokus lokal dari organisasi-organisasi nirlaba.

Dengan kata lain, “membina,” atau memberikan panduan dan arahan, adalah yang terbaik dilakukan pemerintah, sedangkan “mengerjakan,” atau menghasilkan barang dan jasa, paling baik disediakan oleh sektor swasta atau nirlaba. Tiga sektor ini bisa bekerjasama dengan cara-cara inovatif untuk menyediakan lebih banyak bagi para warga dengan biaya lebih rendah.

Langkah pertama menuju reformasi birokrasi adalah pemerintah menyadari kewajiban-kewajibannya sebagaimana dijelaskan oleh Islam, yaitu menciptakan suatu masyarakat yang keadaan-keadaannya sedemikian rupa sehingga bisa disebut sebagai ‘surga’. Selanjutnya, pemerintah harus melakukan reorganisasi dan restrukturisasi (yang sampai derajat tertentu mengharuskan pemutusan hubungan kerja masal para pegawainya) menyesuaikan dengan peluang-peluang dan ancaman-ancaman yang ditawarkan oleh Gelombang Ketiga. Kemudian, pemerintah harus bekerja sekeras dan secerdas mungkin, memanfaatkan segala sumberdaya dan ilmu pengetahuan yang tersedia padanya atau dalam kekuasaannya, untuk mencapai misinya, dengan sementara mengabaikan kesenangannya sendiri. Seluruh perhatian dan pengabdian harus diarahkan dan difokuskan pada pencapaian misi itu, serta seluruh struktur dan dinamika organisasi harus disesuaikan menjadi yang optimal untuk mencapai misi itu.

Untuk membantu masyarakat dalam mereformasi pemerintahanlah buku ini ditulis. Tujuan buku ini adalah untuk meyakinkan anda bahwa Big Government adalah musuh bagi kesejahteraan bangsa, dan Pemerintah Kecil yang efektif adalah solusi super terhadap permasalahan bangsa.

Bab pertama, “Harmoni Semesta,” memperkenalkan suatu paradigma bagi Sains Baru yang saya namakan Harmoni Semesta (HS). Dengan tiga doktrin yang membentuk paradigma ini, kita bisa memahami hakikat alam semesta dengan mempelajari realitas-realitasnya, dan sebaliknya kita bisa menemukan realitas-realitas alam semesta dengan memahami hakikatnya. Dari perspektif HS kita mengerti bahwa sektor publik (yang mencakup pemerintah) memiliki peran utama dalam proses evolusi semesta karena ia berfungsi menciptakan dan menjaga alur bagi tiga sektor lainnya, serta memberikan pelayanan kemanusiaan.

Bab 2, “Islam Tentang Kehidupan Bermasyarakat,” menjelaskan bahwa, karena manusia diciptakan untuk hidup dalam masyarakat di mana pemerintah menjadi intinya, agama haruslah menyediakan kaidah-kaidah dasar yang diperlukan untuk membina masyarakat, khususnya prinsip-prinsip pemerintahan.

Kita kini sadar bahwa warisan unik kita—kesadaran reflektif bahwa kita selamanya ditakdirkan untuk menjadi mahkota makhluk—membawa bersamanya suatu tanggung jawab besar. Kita sadar bahwa berada di garis depan evolusi di planet ini berarti kita bisa mengarahkan energi kehidupan kita menuju pencapaian pertumbuhan dan harmoni atau menyia-nyiakan potensi-potensi yang telah kita warisi, yang menambah pada kekacauan dan kerusakan. Satu hasil dari merenungkan evolusi adalah bahwa kita belajar untuk menganggap masa lalu secara sangat serius. Natura non fecit saltum, kata bangsa Romawi: Alam tidak maju dengan langkah pesat dan besar. Apa kita hari ini adalah hasil dari gaya-gaya yang bekerja atas nenek moyang kita ribuan tahun lalu, dan akan menjadi apa umat manusia pada masa depan akan bergantung pada pilihan-pilihan kita saat ini. Sejarah kebangkitan dan kemunduran Big Government sejak Abad Pertengahan sampai akhir abad ke-20 dibahas dalam Bab 3, 4 dan 5, “Darah di Jalanan,” “Megapolitik dan Resesi” dan “Bagaimana Gereja Menguasai Agama.”

Kita saat ini hidup dalam zaman yang penuh gejolak, melebihi apa pun yang pernah terjadi dalam sejarah. Para ilmuwan mengatakan bahwa dunia telah bergeser memasuki Gelombang Ketiga atau, lebih tepatnya, “Dimensi Keempat” (meminjam istilah ekonom William Knoke). Kemunculan sebuah dimensi baru mengubah pertama sekali kaidah-kaidah penciptaan kekayaan (alias hukum ekonomi). Karena cara kita memerintah mencerminkan cara kita menciptakan kekayaan, untuk mengetahui pemerintah macam apa yang disukai masa ini, kita perlu mengetahui apa persisnya Dimensi Keempat itu. Bab 6, “Dimensi Keempat,” memperkenalkan pergeseran mendasar dari sebuah asumsi sosial yang di atasnya peradaban dunia telah dibangun selama ini, dan dampak-dampaknya pada penciptaan kekayaan.

Tiga bab selanjutnya, “Masyarakat Tak Bertempat, “ “Kemunduran Negara-Bangsa, “ dan “Organisasi Amuba,” berturut-turut menjelaskan perubahan-perubahan sosial, politik, dan ekonomi yang dibawa oleh Dimensi Keempat yang mungkin paling erat terkait dengan tema reformasi birokrasi dari buku ini. Perubahan-perubahan ini membentuk lingkungan baru, baik nasional maupun global, bagi pemerintah baru.

Implikasi terbesar dari prinsip ‘Cara kita memerintah mencerminkan cara kita menghasilkan kekayaan’ adalah pada organisasi. Ia mencakup struktur, dinamika atau proses, sumberdaya dsb. Jadi, prinsip itu hakikatnya berarti bahwa organisasi pemerintah mencerminkan organisasi bisnis. Sebelum kita bisa menciptakan organisasi pemerintah Dimensi Keempat, kita perlu memahami ciri-ciri dari organisasi bisnis yang disukai Dimensi Keempat. Bab 10 “Cara Kita Menciptakan Kekayaan” membahas sepuluh ciri utama organisasi ekonomi Dimensi Keempat

Bab 11, “Pemerintah Dimensi Keempat,” mencoba menjelaskan format, struktur, dan dinamika dari pemerintah baru sejajar dengan sepuluh ciri ekonomi Dimensi Keempat.

Bab 12, “Pendidikan Dimensi Keempat,” berusaha meyakinkan anda bahwa pendidikan adalah fungsi pemerintah yang terpenting dan paling mendesak untuk dikenai pisau-bedah reformasi dan perampingan jika bangsa kita ingin selamat menjalani kehidupan di milenium ini. Bab ini memberi saran-saran praktis bagaimana pemerintah bisa menyediakan pendidikan berkualitas memanfaatkan teknologi-teknologi dan realitas-realitas baru dari zaman pasca-industri.

Mau tidak mau, suka tidak suka, sukarela atau terpaksa, pemerintah-pemerintah dunia akan kembali menyadari kewajiban-kewajiban politik sejati mereka sebagaimana diajarkan oleh Allah Taala. Bagi penguasa yang mau dan sukarela mengadakan perubahan suci ini, keselamatan adalah akhir mereka.

Namun, bagi pemimpin yang abai dan tidak berusaha menengadahkan kepalanya ke langit memohon pertolongan dan kekuatan dari Tuhan, bencana-bencana alam berskala-luas, bahkan nasional (gempa bumi, tsunami, banjir, wabah penyakit, dsb.), dan konflik-konflik berbau SARA (suku, antargolongan, ras, agama), yang bisa menghancurkan sendi-sendi peradaban yang telah mereka bangun, akan melibas mereka dan memaksa para penerus mereka untuk berubah.

Beli Buku BIG Government, Masuki Harmoni Semesta Network, & Raih Bonus Rp 200.000

Judul: BIG Government 'Musuh' Kemakmuran Bangsa
Penulis: Hendy Kusmarian
Format: 103 halaman ukuran kertas A4, jilid spiral kawat
Harga: Rp 59.000; Ongkos kirim Rp 20.000 (via kurir)

Beli buku ini dan anda bisa bergabung ke Harmoni Semesta Network, suatu jaringan sosial yang menghimpun para intelektual yang ingin berkontribusi dalam evolusi positif sektor publik, bisnis, dan nirlaba menuju Harmoni Semesta.

Selain itu dengan membeli buku BIG Government, anda juga akan menerima bonus Rp 200.000. Caranya sbb.: Semua pembeli buku BIG Government akan diurutkan dalam 1 garis vertikal. Begitu ada 84 pembeli di bawah anda, bonus akan ditransfer ke rekening bank anda. Anda tidak perlu mensponsori orang-orang untuk membeli buku ini jika anda tidak ingin.

Tesis dari buku ini dua: (1) Kebanyakan masalah sosial, ekonomi dan politik dalam kehidupan berbangsa yang kita hadapi saat ini berakar pada apa yang diistilahkan sebagai Big Government; (2) Cara kita memerintah mencerminkan cara kita menghasilkan kekayaan.

Big Government adalah istilah peyoratif (berkonotasi jelek) untuk menggambarkan suatu pemerintah yang terlalu besar, korup dan tidak efisien, atau yang secara tidak semestinya mencampuri aspek-aspek kehidupan yang dipandang sebagai bersifat pribadi atau dalam area privat, seperti keimanan, ibadah keagamaan, perilaku seks, atau internal organisasi.

Big Government juga mengacu kepada program-program pemerintah di mana tujuan-tujuan kebijakan sebenarnya bisa dicapai dengan organisasi-organisasi yang lebih kecil dan lebih gesit; usaha-usaha untuk menasionalisasi program-program yang tradisinya dilaksanakan di tingkat lokal; melaksanakan program-program yang berusaha menjalankan fungsi-fungsi yang wajarnya terkait dengan sektor swasta atau organisasi-organisasi swasta (seperti kelompok-kelompok nirlaba atau organisasi-organisasi keagamaan); program-program mahal yang cenderung naik biaya-biayanya dalam jangka panjang karena analisis biaya yang buruk; resistensi terhadap upaya-upaya reformasi baik secara internal maupun eksternal; birokrasi-birokrasi besar yang kurang dalam akuntabilitas atau pertanggungjawaban; sedikit atau tak ada pengendalian dan perimbangan atas kekuasaan di dalam organisasi; faedah-faedah nyata yang terbatas yang diberikan kepada para warga; dan tidak efektif biaya (manfaat lebih kecil daripada biaya-biaya).

Sebagaimana gejala obesitas atau kegemukan pada orang yang sering berarti buruk, Pemerintah Besar adalah suatu keburukan. Justru ukuran atau struktur mereka yang besarlah yang menyimpangkan mereka dari memenuhi amanat mereka.

Lihat Pendahuluan di bawah atau download sampel sampai Bab 1.

Daftar Isi

Prakata 1
Pendahuluan: Apa Yang Salah Dengan Kita? 4
1. Harmoni Semesta 11
2. Islam Tentang Kehidupan Bermasyarakat 22
3. Darah di Jalanan 45
4. Megapolitik dan Resesi 51
5. Bagaimana Gereja Menguasai Agama 54
6. Dimensi Keempat 58
7. Masyarakat Tak Bertempat 64
8. Kemunduran Negara-Bangsa 67
9. Organisasi Amuba 75
10. Cara Kita Menciptakan Kekayaan 85
11. Pemerintah Dimensi Keempat 89
12. Pendidikan Dimensi Keempat 98
Daftar Pustaka 102

Untuk memesan buku ini, isi dan kirim form order di kanan situs, atau kirim SMS ke 081553599194 sbb.: BIGGOV, nama lengkap anda, alamat lengkap anda, kota anda, kode pos.

Kemudian kirim pembayaran anda untuk buku ini Rp 79.000 (termasuk ongkos kirim) ke rekening BCA no.3290104661 a/n Hendy Kusmarian.

Setelah anda memesan buku ini, anda bisa bergabung ke Harmoni Semesta Network.

Sabtu, 17 Mei 2008

Penghantaran Ketidaksamaan/Perbedaan

Umumnya kita tidak benci ketika seseorang memperoleh banyak kekuasaan jika itu diperoleh karena usaha keras atau bakat yang luar biasa. Tetapi ketidaksamaan menjadi jauh kurang tertolerir jika ia didasarkan pada kekayaan atau status warisan. Namun salah satu naluri pertama dari seseorang yang punya kontrol atas kekuasaan adalah mencoba mewariskannya kepada keluarga dan para keturunan. Usaha ini juga adalah suatu naluri adaptif tua yang menjadi lebih besar dalam perjalanan evolusi budaya. Selama kita bisa meninggali keturunan kita hanya gen-gen kita, perbedaan-perbedaan dalam apa yang anak mana pun bisa warisi adalah minimal, dan terbatas pada lingkup variasi-variasi fisik yang ada dalam kumpulan gen. Satu anak lelaki akan relatif lebih kuat daripada lainnya, satu anak perempuan lebih awas daripada kawan-kawannya, tapi itulah keberuntungan.

Ketidaksamaan riil, dan perasaan iri dan cemburu yang menyertai, muncul ketika unsur-unsur kekuasaan mulai diwariskan melalui warisan budaya. Salah satu cara paling awal menghimpun sumberdaya dan meningkatkan kekuasaan seseorang adalah melalui praktik-praktik perkawinan selektif. Para pria kaya dan kuasa mengawini para wanita dari keluarga-keluarga kaya dan kuasa, dus menjamin bahwa anak-anak mereka akan memulai hidup dengan kelebihan-kelebihan. Selama sejenis mengawini sejenis, ketidaksamaan tidak saja dilestarikan tapi ia juga menjadi terbesarkan seiring tiap generasi. Pikiran untuk menjaga kekuasaan di dalam keluarga seseorang pada akhirnya membawa pada praktik-praktik terbakukan yang mendorong pembelahan sosial. Contohnya, bangsa Romawi dilarang oleh hukum untuk mengawini orang-orang ‘provincial’ agar tidak melemahkan peringkat “warga” yang dinilai tinggi.

“Perkawinan selektif” terus menjadi suatu amal yang sangat kuat. Sejenis masih condong mengawini sejenis sepanjang menyangkut penghasilan, pendidikan, pilihan-pilihan politik, agama, dan ras. Mungkin akibat-akibat terpenting dari kecenderungan ini bukanlah pada gen-gen yang akan keturunannya warisi, tetapi pada meme-memenya. Seorang anak yang terlahir pada sepasang suami-istri kulit putih yang terdidik dan berada akan belajar nilai-nilai berbeda dan mengembangkan suatu konsep-diri berbeda dari seorang anak yang serupa secara genetik yang terlahir pada pasangan antarras dari kedudukan sosial yang sama, atau pada pasangan dengan tingkat pendidikan dan penghasilan berbeda. Semakin homogen latar belakang pasangan itu, semakin meme-meme si anak condong menyerupai meme-meme orangtuanya.

Karena sebagian meme terpenting—worldview (pandangan-dunia) dan nilai-nilai dasar—dihantarkan melalui keluarga, tentu bahwa, seiring waktu, perkawinan selektif menghasilkan padanan dari cultural speciation, di mana para anggota kelompok-kelompok sosial menjadi terbedakan dan bahkan terpisahkan karena latar belakang budaya mereka. Proses ini membuat praktis mustahil bagi seorang pria Amish untuk mengawini seorang gadis Katholik, atau bagi seorang liberal ekstrim mengawini seorang konservatif loyal—hampir seolah-olah mereka masuk dalam spesies berbeda yang tidak bisa kawin dengan satu sama lain karena mereka secara biologis tidak sama. Selama perkawinan selektif menjaga meme-meme tetap terpisahkan, budaya-budaya itu terus tetap berbeda, dan anak yang terlahir pada pasangan liberal akan belajar untuk memandang keturunan kaum konservatif sebagai seorang makhluk asing yang berpotensi musuh.

Tentu, praktik-praktik perkawinan bukan satu-satunya jalan untuk menjaga kekuasaan tetap dalam keluarga dan untuk mewariskannya kepada keturunan kita. Hukum-hukum pajak dan warisan telah selalu berperan penting dalam politik karena mereka menentukan sejauh mana kekuasaan ekonomi akan dipusatkan atau disebarkan. Salah satu hukum pertama yang disahkan kaum Komunis setelah naik berkuasa di Rusia adalah untuk melarang orangtua meninggalkan harta kepada anak-anak mereka, agar semua warga akan mengawali hidup atas pijakan yang sama. (Sayangnya, para fungsionaris Komunis yang kuasa segera menemukan suatu cara untuk merongrong hukum itu, dan nepotisme menjadi hampir sama maraknya dalam Uni Soviet seperti keadaannya di bawah Tsar.)

Selama 1980-an, di bawah pemerintahan Reagan, perubahan-perubahan dalam hukum-hukum pajak meningkatkan perbedaan ekonomi di Amerika sampai derajat yang mencengangkan, yang membuat si kaya makin kaya dan si miskin makin miskin. Ketika kontrol atas sumberdaya menjadi sangat terpecah, golongan kaya, sekalipun dengan niat terbaik, menjadi para penindas de fakto. Mereka tak perlu secara aktif berusaha untuk mencegah para kawan mereka yang kurang mampu dari mendapatkan pendidikan yang baik atau tinggal dalam lingkungan yang baik; tangan tak-tampak dari pasar akan melakukannya bagi mereka.

Kembali ke pertanyaan apakah eksploitasi tidak terelakkan, kita harus menyimpulkan bahwa sejumlah ketidaksamaan dalam akses ke sumberdaya, dalam kontrol terhadap energi psikis, dan dalam kemampuan untuk mempengaruhi bentuk budaya masa depan adalah memang tak bisa dihindari. Dalam segala sistem sosial kompleks, sebagian individu akan lebih layak, oleh temperamen, pelatihan, atau latar belakang, untuk menduduki posisi-posisi tertentu daripada orang-orang lain.

Dalam organisasi-organisasi besar seperti Motorola atau Nisan, yang masing-masing mempekerjakan sekitar 10.000 teknisi, beberapa insinyur akan lebih cakap daripada lainnya untuk menerapkan ketrampilan mereka pada peluang-peluang yang tersedia dalam perusahaan mereka masing-masing. Mereka akan dibayar lebih baik dan maju lebih jauh, dan ide-ide mereka akan dimasukkan dalam produk-produk baru. Para sejawat yang tertinggal akan iri pada mereka, dan banyak yang akan tak menyukai fakta bahwa mereka harus bekerja pada mereka. Tiap organisasi boleh dibilang memilih yang “paling layak” di antara para pegawainya. Namun, penting disadari bahwa kelayakan macam itu tidak didasarkan pada suatu kelebihan mutlak yang dimiliki para insinyur yang sukses itu. Orang yang sukses sampai ke puncak di Motorola mungkin seorang pecundang di Nissan, dan sebaliknya. Satu himpunan ketrampilan mungkin cocok dengan satu budaya perusahaan, suatu iklim ekonomi tertentu, suatu strategi pemasaran spesifik, tapi bukan lainnya.

Meskipun sebagian orang akan selalu sukses dalam menguasai lebih banyak sumberdaya daripada orang-orang lain, apakah kekuasaan itu tentu membawa pada eksploitasi? Mungkin benar bahwa kecuali kita mengambil langkah-langkah untuk mencegahnya, kendali atas sumberdaya akan cenderung menyebabkan kontrol terhadap orang-orang lain. “Kewaspadaan abadi,” kata Jefferson, “adalah harga dari kebebasan.” Ini menyiratkan, antara lain, bahwa jika kita tidak cermat atau waspada, kebebasan kita untuk melepaskan energi psikis akan terlemahkan.

Tabungan kita, hasil dari bertahun-tahun kerja, akan kehilangan nilainya jika orang-orang yang mengeluarkan lebih banyak daripada penghasilan mereka menyebabkan suatu inflasi. Pekerjaan kita mungkin tiba-tiba dihentikan karena para investor bisa meraih laba lebih tinggi dengan memproduksi di sebuah negara dunia-ketiga. Nilai dari sebidang mungil real estate kita akan berfluktuasi bergantung pada jual-beli dari para pemilik atau tuan tanah besar. Semua ini bisa terjadi tanpa segala kebencian atau niat-niat buruk terkecil pun; memang begitulah pasar bekerja, saat ia dimanipulasi-sebagaimana ia selalu—oleh mereka yang memiliki suatu jatah besar darinya.

Apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah ini terjadi? Kembali, seperti dengan sumber-sumber ilusi, langkah pertama adalah hanya menjadi sadar akan kondisi-kondisi sebenarnya. Apakah seseorang sedang menggunakan energi anda tanpa balasan setimpal? Bos anda, istri/ suami anda, perusahaan listrik, pemerintah? Menelaah secara terperinci siapa atau apa yang ada dalam posisi untuk menentukan cara anda meluangkan waktu anda, dan karena itu mengontrol isi dari kesadaran anda, adalah awal yang bagus. Langkah selanjutnya adalah memikirkan apakah anda ingin situasi ini berlanjut, atau tidak. Kalau tidak, bisakah anda berbuat sesuatu tentang itu, dan akan apa akibat-akibat dari tindakan-tindakan anda?

Sejak permulaan sekali sejarahnya, Amerika telah menarik orang-orang yang telah tertindas di negara-negara asal mereka, dan telah memutuskan untuk mengendalikan nasib mereka sendiri. Bagi para pemukim Inggris awal yang lari dari penganiayaan agama, kaum Irlandia yang lari dari kelaparan, kaum Polandia yang tak mau berperang untuk Tsar Rusia, bagi orang-orang Asia Tenggara yang lari dari teror Komunis, Amerika Serikat adalah sebuah tanah tempat orang bisa menghasilkan nafkah dan bebas. Dari perspektif evolusi, penduduk Amerika Serikat kebanyakan adalah sekumpulan individu itu, dari antara penduduk dunia, yang telah menolak untuk dieksploitasi. Dus meme untuk kebebasan telah menjadi terpusat atau kental dalam budaya Amerika, dan ini, lebih daripada segala sifat lainnya, menentukan keunikannya.

Namun, walaupun mereka tak punya Tsar-Tsar, eksploitasi tidak sama sekali absen dari masyarakat mereka. Dan mereka yang tidak merasa mengendalikan hidup mereka di sana tak bisa beremigrasi ke tempat lain, karena tidaklah mungkin mereka akan temukan sebuah negara tempat derajat kebebasan pribadi akan lebih besar daripada apa yang sudah mereka miliki. Jadi pilihannya adalah apakah menemukan suatu gaya hidup berbeda dengan lebih sedikit kekangan, atau melawan—bergantung pada jalan mana yang memberikan kebebasan terbanyak untuk pengerahan energi psikis paling kecil.

Satu jalan menangani suatu situasi menindas dilukiskan oleh kasus Jeff, seorang manajer di sebuah perusahaan daya, yang bertanggung jawab atas distribusi listrik dalam suatu wilayah Barat yang berpenduduk padat. Dia telah maju pesat di perusahaan itu, sebagian karena ketrampilannya, sebagian karena dia mau menghabiskan 60 sampai 70 jam tiap minggu pada pekerjaannya. Pada usia 40 Jeff menerima gaji yang lebih tinggi daripada segala yang dia pernah harapkan, dan masih tersisa satu atau dua kemungkinan promosi jabatan jika dia mau terus menanamkan waktu dan energi pada tingkat yang dikehendaki. Tapi dua juga punya istri dan 3 anak yang jarang dia lihat. Jeff mulai merasa bahwa seluruh hidupnya mengalir ke dalam pekerjaannya, dan ini tak lagi nampak masuk akal. Dia mencoba berbicara kepada atasan-atasannya untuk menentukan apakah dia bisa memangkas beban kerjanya, tapi diberitahu bahwa kebijakan perusahaan mengharuskan komitmen penuh dari para eksekutifnya. Jadi Jeff mulai mencari alternatif-alternatif, dan kini dia menjalankan sebuah waralaba peralatan-outdoor, meluangkan berjam-jam tiap minggu di rumah membetulkan rumah Victoria tua yang dia dan istrinya beli, dan sering bisa dijumpai di sebuah kali sekitar sedang memancing dengan anak-anaknya.

Solusi Jeff tampaknya telah manjur baginya, dan bagi ribuan orang lain dalam situasi serupa yang telah memilih keluar dari perangkap karir. Itu bukan solusi terbaik bagi semua orang, tapi ia adalah contoh suatu solusi yang layak ketika kita mulai merasa terekploitir oleh pekerjaan kita. Intinya tidak boleh ditekan menjadi kepercayaan bahwa anda tidak berdaya. Adalah demi kepentingan mereka yang mengendalikan energi kita untuk membuat nampaknya bahwa status quo adalah alami, benar, dan mustahil diubah. Adalah demi kepentingan kita untuk mengerti bahwa ini tidak selalu benar.