Kamis, 15 Mei 2008

Perbedaan-Perbedaan Individu Dalam Kekuasaan

Eksploitasi tidak berkembang hanya atas perbedaan-perbedaan dalam gender dan usia. Setiap pria berbeda dari para pria lain dari segi sekumpulan variasi yang nyaris tak terhitung, dan begitu pun setiap perempuan berbeda dari para perempuan lain. Sifat-sifat apa yang seseorang kebetulan warisi akan mempermudah atau mempersulitnya untuk memelihara kebebasannya dari pelanggaran kehendak-kehendak orang-orang lain.

Apa pun yang Declaration of Independence mungkin telah berarti oleh kebenaran yang nyata bahwa semua orang tercipta sama sederajat, ia bisa tidak berarti bahwa ini berlaku dari segi anugerah alami. Meski adalah suatu tujuan sosial yang layak untuk menganggap bahwa semua orang punya hak-hak yang sama terhadap faedah-faedah sosial tertentu, kesamaan mereka dari segi kesehatan, kekuatan, kemenarikan jasmani, kecerdasan, pigmentasi kulit, temperamen, dan karakter atau watak—di antara sifat-sifat lain—nampak sebaliknya.

Dan dalam setiap masyarakat perbedaan-perbedaan itu digunakan sebagai penunjuk kekuasaan. Dalam masyarakat-masyarakat berburu kegesitan atau kelincahan fisik digabung dengan kecermatan akan mengangkat seorang pria ke posisi pemimpin; di kalangan kaum Hun dan Tartar para visioner bengis dipandang tinggi; kecerdasan, kependiaman, dan keteguhan memungkinkan para pria naik ke puncak dalam birokrasi-birokrasi besar Cina dan Timur Tengah. Dalam budaya Barat, masyarakat cenderung mempromosikan para pegawai yang “agresif” tapi riang, kreatif namun patuh. Dalam setiap budaya, penampilan yang baik dan sifat ekstrovert menambah kemampuan seseorang untuk menarik perhatian orang-orang lain, dan karena itu berpotensi untuk mengendalikan mereka.

Kualitas-kualitas pribadi bukan satu-satunya alasan mengapa satu orang menjadi lebih kuasa daripada orang lain. Kemujuran juga berperan penting. Berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat sering menjelaskan mengapa usahawan yang satu ini yang menjadi kaya ketimbang usahawan lain, mengapa fisikawan yang ini memenangkan Hadiah Nobel atau jenderal ini yang memenangkan perang. Claudius gagap dan pincang, dan walaupun dia berdarah ningrat, tak ada orang di Roma bermimpi dia suatu hari akan menjadi seorang kaisar. Mujur baginya semua kerabatnya adalah maniak pembantai-orang, yang dengan rajin saling melenyapkan nyawa hingga hanya dia yang tertinggal untuk memikul beban itu.

Namun, di luar kemujuran, mungkin faktor yang paling membantu menentukan kemudahan seseorang akan mendapat kekuasaan dan meningkatkan peluangnya mempengaruhi masa depan adalah kepribadian. Meskipun para psikolog sama sekali tidak bersuara bulat dalam menyepakati apakah ada sifat-sifat yang membantu seseorang untuk secara seragam sukses dalam bidang-bidang kehidupan yang berbeda, nampak jelas bahwa jika anda seorang ekstrovert, memiliki self-esteem (harkat-diri) yang kuat, dan memandang dunia dengan optimisme, anda akan lebih berpeluang menjadi sukses dan menjalani hidup yang memuaskan. Sebagian dari sifat-sifat ini nampaknya temperamental, yaitu, banyak ditentukan oleh warisan genetik; di sisi lain, semua sifat itu bisa dipengaruhi sejauh tertentu oleh lingkungan dini. Seorang anak yang saat lahir condong untuk menjadi seorang optimis bisa berubah jadi orang dewasa penakut jika diperlakukan dengan kejam.

Satu sifat yang mapan adalah “kekuatan kepribadian,” yang dikaji selama bertahun-tahun oleh peneliti survei Jerman Elisabeth Noelle-Neumann. Orang-orang berangka tinggi pada sifat ini (yang terkait juga dengan sifat ekstrovert dan harkat-diri) cenderung lebih aktif dan sukses secara pribadi dan secara profesional daripada orang-orang yang rendah pada skala ini. Mereka juga cenderung mengambil posisi-posisi kepemimpinan dan pengaruh, khususnya orang-orang pada anak-anak tangga lebih rendah dari tangga sosioekonomi. Dengan kata lain, bagi mereka yang kaya dan terdidik baik, kepribadian kuat bukan suatu penentu yang sama krusialnya seperti bagi mereka yang miskin dan kurang terdidik, karena kekayaan dan status akan mengimbangi kepribadian yang lemah. Tapi jika anda miskin, kepribadian yang kuat membantu untuk maju dalam hidup.

Pribadi kuat dari semua golongan bersifat ingin tahu, mencoba banyak hal baru, dan senang mempengaruhi orang-orang lain, dus sangat dibekali untuk mempengaruhi evolusi meme-meme, karena kepercayaan-kepercayaan, ide-ide, dan kebiasaan-kebiasaan mereka akan diwakili lebih sering pada masa depan. Satu temuan yang membesarkan hati dari studi-studi ini adalah bahwa orang-orang dengan kepribadian kuat tampak kurang mementingkan diri dan lebih peduli atau perhatian dengan membantu orang-orang lain daripada mereka yang kepribadiannya kurang kuat. Nyatanya apa pun sifat yang menjadikan sukses dan pengaruh juga mencakup suatu rasa tanggung jawab terhadap komunitas.

Namun, sering sekali ketika seseorang mencapai suatu posisi kekuasaan, menjadi mudah untuk memanfaatkannya. Apakah itu kemujuran, kecerdasan, atau kekuatan kepribadian yang mendorong seseorang ke suatu posisi terhormat dalam sistem sosial, peluang-peluang untuk menghemat energi psikis dengan mengorbankan orang-orang lain hampir tak bisa ditahan. Si usahawan sukses menganggap jelas bahwa waktunya lebih berharga daripada waktu sopirnya, sekretarisnya, kawan-kawannya yang kurang beruntung, atau istri dan anak-anaknya. Kenapa dia perlu sangat memikirkan orang-orang yang kurang layak ini? Dan mengapa dia tidak seharusnya menerima lebih banyak uang bagi upaya-upayanya, jauh lebih banyak uang daripada yang bisa dibayangkan kebanyakan orang?

Para politisi kuasa mulai percaya bahwa aturan-aturan yang mengikat orang-orang yang kurang terpandang terhadap kontrak sosial tidak berlaku bagi mereka juga. Presiden AS Nixon dan para pengikutnya menganggap diri di atas hukum, tapi mereka tentu amatir dibandingkan dengan raja-raja dalam kebanyakan masyarakat lain. Para akademisi terhormat tergoda untuk mengeksploitir para mahasiswa sarjana, sementara para seniman kondang menemukan mereka bisa bebas dari kesopanan sosial dan menganiaya kaum borjuis.

Untungnya selalu ada perkecualian-perkecualian untuk menunjukkan bahwa korupsi tidaklah tak terhindarkan. Prestasi-prestasi besar yang berani patut dipuji, begitu pun sumbangsih-sumbangsih berguna pada sains dan masyarakat, tetapi pencapaian manusia paling mengagumkan adalah menahan diri dari menyalahgunakan hak-hak istimewa kita.

Apakah konflik berdasarkan perbedaan-perbedaan individu tidak terelakkan? Mungkin ya. Dalam evolusi suatu perubahan positif bisa terjadi hanya jika ada seleksi, dan seleksi bekerja hanya ketika perbedaan-perbedaan ada antara orang-orang—yaitu, jika satu sifat lebih mampu beradaptasi terhadap lingkungan daripada sifat-sifat lain. Selama semua orang bertahan hidup sama baik, dan menghasilkan jumlah keturunan yang sama, tidak akan ada apa-apa untuk dipilih, dan setiap generasi akan tampak seperti generasi sebelumnya. Perbedaan-perbedaan adalah titik awal dari seleksi, dan karena itu dari perubahan evolusioner.

Karena itu, hampir semua biologiwan evolusi menekankan pentingnya persaingan antara orang-orang berbeda sebagai mesin yang menggerakkan evolusi. Namun, persaingan tidak perlu melibatkan agresi atau eksploitasi, atau bahkan konflik laten, karena dari sudut evolusi, persaingan sekedar mengacu pada fakta bahwa sebagian organisme berkembang biak secara lebih sukses daripada organisme-organisme lain. Bahkan kerjasama bisa jadi suatu strategi persaingan yang sangat efektif, yang menjelaskan mengapa sistem-sistem sosial yang diikat oleh hukum-hukum dan pembagian kerja telah berkembang di mana-mana di bumi. Tapi kita tidak perlu terlalu merisaukan bagaimana konflik dan persaingan mempengaruhi evolusi biologi. Pertanyaannya adalah bagaimana mereka mempengaruhi evolusi manusia secara keseluruhan, dan itu masa ini menyangkut terutama perubahan-perubahan dalam cara-cara berpikir—putusan-putusan yang kita ambil atas dasar tujuan-tujuan dan kepercayaan-kepercayaan kita.

Tidak ada komentar: