Selasa, 22 April 2008

Prinsip Probabilisme

Allah adalah sebab dari segala sebab atau Sebab Pertama (Prima Causa). Puncak terakhir rangkaian sebab-akibat adalah Tuhan.

“Dan pada Tuhan engkaulah terletak keputusan terakhir.” (53: 43)

Segala kejadian di alam semesta ini terjalin oleh rangkaian sebab dan akibat. Karena itulah muncul berbagai cabang ilmu pengetahuan, karena tiada bagian alam semesta ini lepas dari rangkaian itu. Beberapa cabang ilmu berfungsi sebagai landasan bagi cabang-cabang lain, dan beberapa cabang lain berguna hanya sebagai embel-embel. Suatu sebab terwujud karena zatnya sendiri atau bergantung pada suatu sebab lain; sebab yang terakhir ini lalu bergantung pada sebab yang lain lagi, dst. Tidak bisa dibenarkan bahwa di dunia yang serba terbatas ini, rangkaian sebab-akibat tidak mempunyai kesudahan atau tidak berhingga. Kita harus mengakui bahwa rangkaian ini pasti berakhir pada suatu sebab terakhir.

Menguatkan prinsip ini adalah firman Tuhan:

“Bukankah Aku Tuhanmu? Mereka (roh) berkata, ‘Ya, betul.’” (7:173

Di dalam ayat ini Allah menerangkan, dalam bentuk percakan, ciri khas roh yang ditanamkan Tuhan dalam fitratnya. Ciri khas itu ialah bahwa pada fitratnya tiada satu pun roh yang menolak adanya Tuhan. Hanya orang-orang yang ingkar menolak kenyataan itu. Meskipun menolak, mereka mengakui bahwa setiap kejadian pasti ada sebabnya.

Di dunia ini tidak ada orang yang ketika badannya merasa sakit demikian bodohnya berpendapat dan dengan gigih mengatakan bahwa tidak ada sesuatu yang menyebabkan penyakit itu.

Seandainya wujud dunia ini tidak dijalin oleh rangkaian sebab-akibat, kita tidak mungkin bisa membuat ramalan bahwa pada tanggal sekian akan datang badai, akan terjadi gerhana matahari atau gerhana bulan, atau seseorang yang sakit pada waktu tertentu akan menemui ajal, atau penyakit akan menjangkiti seseorang.

Jadi, walaupun seorang ilmuwan tidak mengakui adanya Tuhan, dari satu segi ia pun mengakui bahwa ia juga berusaha mencari solusi tentang sebab dan akibat. Ini pun merupakan satu bentuk pengakuan, meskipun bukan pengakuan sempurna.

Tuhan juga memberikan akibat dari perbuatan manusia. Artinya, bila manusia melakukan suatu perbuatan, Tuhan pun melakukan perbuatan yang setimpal dengan perbuatan manusia. Misalnya, jika seseorang menutup semua pintu kamarnya, Tuhan pun akan menciptakan kegelapan di dalam kamar itu. Begitu pun, umpamanya, setelah seseorang memakan racun berbahaya, segera menyusul perbuatan Tuhan, yaitu Dia mencabut nyawa orang itu. Atau setelah seseorang melakukan perbuatan yang tidak senonoh yang bisa mendatangkan penyakit menular (misalnya sipilis) segera perbuatan Tuhan menyusul, yaitu orang itu akan terjangkit penyakit menular.

Karena segala sesuatu yang ada dalam ruang lingkup kodrat Tuhan telah ditakdirkan merupakan akibat dari segala amal perbuatan kita, semua itu pada hakikatnya merupakan perbuatan Tuhan karena Dia-lah yang merupakan sebab dari segala sebab.

Tidak ada komentar: