Tiap tahun kita belajar lebih banyak tentang kompleksitas menakjubkan dari semesta kita. Pikiran kita takjub pada petunjuk miliaran galaksi, masing-masing tersusun dari miliaran bintang, yang perlahan berputar ke setiap arah selama jarak-jarak yang tak bisa dibayangkan. Dan di dalam tiap butir materi, penumbuk-penumbuk super (supercollider) mengungkap konstelasi-konstelasi yang terus-surut dari partikel-partikel aneh yang melesat sepanjang orbit-orbit misterius.
Di tengah medan gaya-gaya yang akbar inilah suatu kehidupan manusia berkembang dalam apa yang kurang dari sepersekian detik pada skala waktu kosmik. Namun, sejauh menyangkut kita, kehidupan singkat kita sendiri inilah, dengan sedikit momen berharganya, yang bernilai lebih daripada semua galaksi, lubang hitam, dan bintang meledak digabungkan.
Dan ada alasan bagus untuk merasa begini. Seperti kata Pascal, manusia mungkin rapuh, tetapi mereka adalah makhluk berpikir; dalam kesadaran mereka, mereka mencerminkan kebesaran semesta. Dalam beberapa abad terakhir, kehadiran manusia telah menjadi lebih sentral lagi dalam dunia alami. Kita baru-baru ini saja telah mampu mendapat pemandangan sekilas tentang jutaan tahun yang mendahului kita, zaman-zaman di mana ribuan organisme saling mengganti, berjuang untuk bertahan hidup dalam suatu lansekap yang terus-berubah.
Dan kita kini sadar bahwa warisan unik kita—kesadaran reflektif yang menenangkan kita sampai percaya untuk sementara bahwa kita selamanya ditakdirkan untuk menjadi mahkota makhluk—membawa bersamanya suatu tanggung jawab besar. Kita sadar bahwa berada di garis depan evolusi di planet ini berarti kita bisa mengarahkan energi kehidupan kita menuju pencapaian pertumbuhan dan harmoni atau menyia-nyiakan potensi-potensi yang telah kita warisi, yang menambah pada kuasa kekacauan dan kerusakan.
Untuk membuat pilihan-pilihan yang akan membawa pada suatu masa depan yang lebih baik, kita harus menyadari kekuatan-kekuatan atau gaya-gaya yang bekerja dalam evolusi; melalui gaya-gaya itulah kita akan berhasil atau gagal sebagai suatu spesies. Kita perlu merenungkan apa yang kita ketahui tentang evolusi, dan mengembangkan implikasi-implikasi dari pengetahuan itu bagi tindakan sehari-hari. Jika kita lebih memahami apa yang sedang kita hadapi, kita memiliki kesempatan lebih baik untuk menjalani hidup kita secara bertanggung jawab, dan mungkin untuk membantu mengarahkan masa depan menuju tujuan-tujuan paling positif dari kemanusiaan.
Satu hasil dari merenungkan evolusi adalah bahwa kita belajar untuk menganggap masa lalu secara sangat serius. Natura non fecit saltum, kata bangsa Romawi: Alam tidak maju dengan langkah pesat dan besar. Apa kita hari ini adalah hasil dari gaya-gaya yang bekerja atas nenek moyang kita ribuan tahun lalu, dan akan apa umat manusia pada masa depan akan bergantung pada pilihan-pilihan kita saat ini.
Tetapi pilihan-pilihan kita dipengaruhi oleh sejumlah batasan yang adalah bagian dari bangun evolusi setiap manusia. Pilihan-pilihan kita dipengaruhi gen-gen yang mengatur fungsi-fungsi tubuh kita, dan dipengaruhi insting-insting, yang, misalnya, mendorong kita untuk marah atau terangsang secara seksual bahkan saat kita tidak ingin. Pilihan-pilihan kita juga dibatasi oleh warisan budaya, oleh sistem-sistem yang mengajari kaum pria untuk menjadi jantan dan kaum wanita untuk menjadi anggun, atau satu agama untuk menjadi tidak toleran terhadap para anggota agama lain.
Sementara berjuang untuk mengubah jalan sejarah kita tak bisa berharap mengharapkan hilang batasan-batasan yang telah dibebankan masa lalu kepada kita; berbuat itu hanya akan membawa pada frustrasi dan kekecewaan. Namun, pengetahuan tentang gaya-gaya yang menentukan kesadaran dan tindakan ini bisa memungkinkan kita untuk menjadi terbebas darinya: untuk menjadi bebas untuk memutuskan memikirkan apa, merasakan apa, dan bagaimana bertindak.
Pada titik ini dalam sejarah kita, seharusnya mungkin bagi seseorang untuk membangun suatu diri yang bukan sekedar hasil dari dorongan-dorongan biologis dan kebiasaan-kebiasaan budaya, tetapi suatu makhluk pribadi dan sadar. Diri itu akan sadar akan kebebasannya dan tidak menakutkannya. Ia akan menikmati hidup dalam semua bentuknya, dan berangsur-angsur menjadi sadar akan kedekatannya dengan seluruh manusia, dengan kehidupan secara keseluruhan, dan dengan gaya-gaya yang menghidupkan dunia melebihi pemahaman kita.
Ketika diri itu mulai melampaui kepentingan-kepentingan sempit yang dilekatkan ke dalam strukturnya oleh evolusi, ia lalu siap untuk mulai mengambil kendali atas arah evolusi. Tetapi membentuk jalan evolusi mendatang bukanlah hal yang bisa dicapai oleh individu-individu pribadi yang bekerja sendirian. Karena itu, kita perlu mempertimbangkan lembaga-lembaga sosial mana yang paling cenderung untuk menyantuni tindakan-tindakan evolusioner positif, dan bagaimana kita bisa mengembangkan lebih banyak lembaga sosial.
Jadi, inilah tugas evolusioner Semesta (tugas yang tentu berubah lambat, tak pernah berakhir) :
· Menjelajahi gaya-gaya dari masa lalu yang telah membentuk kita dan menjadikan kita macam organisme kita sekarang;
· Menggambarkan jalan-jalan hidup yang membantu kita membebaskan diri dari tangan maut dari masa lalu;
· Mengusulkan pendekatan-pendekatan terhadap kehidupan yang meningkatkan kualitasnya dan membawa pada keterlibatan yang menggembirakan;
· Merenungkan jalan-jalan untuk mengintegrasikan atau memadukan pertumbuhan dan pembebasan diri dengan pertumbuhan dan pembebasan masyarakat secara keseluruhan.
Selasa, 15 April 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar