Harmoni atau keselarasan adalah maksud akhir penciptaan Semesta. Ia mencakup kondisi kemakmuran, keadilan, keamanan, kedamaian, dan keindahan.
Semesta adalah kita semua manusia (sebagai individu, keluarga, komunitas & organisasi, yang
semuanya menyusun Masyarakat) dan lingkungan alam kita.
Evolusi adalah proses yang harus dialami Semesta untuk mencapai Harmoni. Semesta membutuhkan Energi untuk menempuh Evolusi. Sumber Energi ini berupa Zat/Materi (sebagai makanan, minuman & udara bagi Semesta individu dan keluarga; sebagai sumberdaya alam bagi Semesta organisasi dan komunitas) dan Sistem Kepercayaan Ketuhanan. Semesta secara alami menghajatkan 2 sumber Energi ini untuk memelihara keberadaannya dan sukses menjalani evolusi. Karena dua hal ini merupakan kebutuhan azasi Semesta, Tuhan menyediakannya sebelum Semesta memintanya atau menciptakannya.
Untuk menyediakan Sistem Kepercayaan Ketuhanan, Tuhan menurunkan agama (dalam bentuk firman-firman yang memberikan seperangkat ajaran tentang kepercayaan dan perilaku) DAN mengutus nabi-nabi/rasul-rasul yang berfungsi menegakkan agama. Para nabi/rasul dengan demikian menjadi teladan bagi pengamalan yang benar dari agama. Karena itu, penolakan terhadap para nabi/rasul menutup jalan bagi Semesta untuk mencapai Harmoni.
Tuhan menyediakan 2 sumber Energi ini dalam kondisi alami yang murni, baik atau sehat. Tapi ke-2 sumber Energi ini bisa juga mengalami kerusakan yang menjadikannya tidak murni, baik atau sehat. Kerusakan ini bisa terjadi dalam 2 cara: secara alami, dan oleh campur tangan atau ulah manusia.
Dalam hal agama, kerusakan alami terjadi karena agama itu tidak lagi sesuai dengan atau memenuhi kebutuhan masyarakat yang kepadanya agama itu diturunkan; Kerusakan karena campur tangan manusia terjadi karena perkataan manusia ikut campur dalam perkataan dari perangkat ajaran yang didasarkan pada firman, ATAU karena penafsiran manusia terhadap perangkat ajaran agama salah sehingga mengakibatkan pengamalan agama yang salah. Bisa terjadi agama yang benar mendapat penafsiran yang salah oleh manusia; dalam hal ini, bukan agamanya yang rusak, melainkan manusianya.
Sumber Energi yang alami (berupa materi dan agama) menghasilkan Energi positif (+), sedangkan sumber Energi yang rusak menghasilkan Energi negatif (-). Dari sinilah pemikiran-pemikiran dan tindakan-tindakan dari Semesta mulai mengambil corak positif/baik atau negatif/buruk.
Dalam proses Evolusi (yang disebut pembelajaran) tiada akhir yang membawa pada Harmoni, Energi (+) harus digunakan oleh unsur-unsur Semesta untuk bekerja dalam 3 sektor kebaktian, yaitu sektor publik, sektor swasta (bisnis), & sektor nirlaba. Pekerjaan ini melibatkan memikirkan hakikat dan realitas Semesta DAN untuk secara DIALOGIS & INTERAKTIF terlibat dalam perilaku-perilaku evolusioner (yang disebut pembangunan) dalam jalan atau alur yang batas-batasnya juga sudah diberikan oleh Tuhan. Ketika unsur-unsur Semesta tidak mengamalkan perilaku-perilaku ini (karena tidak atau kurang memperoleh Energi), atau mereka berperilaku keluar dari batas-batas ini (karena memperoleh Energi (-), terciptalah Konflik antarunsur. Setiap Konflik merupakan ancaman terhadap keberlangsungan keberadaan dari unsur-unsur yang terlibat. Jika unsur-unsur yang berkonflik tidak kembali ke koridor Evolusi yang mengarah pada Harmoni, kepunahan mereka adalah takdir pamungkas.
Dalam kerangka HS, Sektor Publik berfungsi menciptakan dan menjaga alur bagi proses Evolusi,
serta memberikan pelayanan kemanusiaan. Termasuk dalam fungsi penjagaan alur adalah fungsi penegakan dan korektif; Sektor Swasta berfungsi menciptakan dan menjaga kekayaan Semesta; Sektor Nirlaba berfungsi membantu Sektor Publik agar berfungsi dengan baik. Bantuan ini bisa berupa dukungan, dan pengawasan (penganjuran, pengingatan). Gaya penggerak bagi Sektor Publik dan Sektor Nirlaba adalah Ketidaktertiban/Kekacauan; gaya penggerak bagi Sektor Swasta adalah keuntungan (laba) dan persaingan.
Harmoni bukanlah kondisi statis yang melingkupi Semesta pada waktu yang sama, seperti siang
melingkupi satu belahan Bumi sementara malam melingkupi belahan satunya. Melainkan, seperti halnya siang melingkupi malam dan malam melingkupi siang, Harmoni dicapai hanya oleh unsur-unsur Semesta yang menjalani proses Evolusi tanpa akhir. Karena itu, perjalanan Semesta menuju Harmoni bersifat unik karena bergantung pada pengetahuan tentang tujuan perjalanan, Energi atau bekal perjalanan, Wahana perjalanan, dan pengetahuan atas peta perjalanan dari Semesta.
Singkatnya, Harmoni Semesta adalah kondisi yang hidup dan dinamis dan terkhusus-Semesta, yang dihasilkan dari tindakan-tindakan membangun secara dialogis dan interaktif oleh para individu, keluarga, komunitas dan organisasi pembelajar dalam sektor-sektor publik, swasta dan nirlaba, yang ditenagai secara positif oleh kasih-sayang Tuhan Yang Mahaesa.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar