Membentuk jalan evolusi mendatang bukanlah hal yang bisa dicapai oleh unsur-unsur semesta yang bekerja sendirian. Semesta terjalin dalam proses-proses ekonomi, politik, dan demografis yang berasal di tempat lain yang jauh, yang terhadapnya semesta memiliki sedikit kendali. Tidak ada tempat tersisa di bumi di mana kita bisa merencanakan nasib kita tanpa memperhitungkan apa yang terjadi di tempat-tempat lain di dunia.
Satu anekdot bisa membantu melukiskan hal ini. Pada 1980-an, seorang profesor Kanada merencanakan hari tua dengan istrinya. Sebagai orang peka dan rasional, mereka memutuskan untuk pensiun ke tempat teraman di bumi yang bisa mereka temukan. Mereka menghabiskan banyak waktu membolak-balik almanak dan ensiklopedia untuk memeriksa angka-angka pembunuhan dan statistik kesehatan, bertanya-tanya tentang arah angin (agar tidak terimbas kemungkinan sasaran nuklir), dan akhirnya menemukan tempat sempurna. Mereka membeli sebuah rumah di sebuah pulau pada awal 1982. Dua bulan kemudian rumah mereka hancur. Pilihan mereka adalah Kepulauan Falkland.
Satu contoh kasus yang masih hangat di Indonesia adalah “ekspor” asap tahunan dari Sumatera dan Kalimantan. Para penduduk Singapura, Malaysia dan Filipina yang tidak berdosa harus menanggung dampak kesehatan dan ekonomi yang sangat besar setiap tahun akibat ulah tidak bertanggung jawab perusahaan-perusahaan pengelola hutan dan perkebunan, yang sengaja memilih cara singkat dan gampang untuk membersihkan lahan mereka untuk musim tanam baru.
Kesalingterkaitan (interkoneksitas) dari kegiatan-kegiatan dan kepentingan-kepentingan manusia meningkat lebih cepat lagi daripada yang dengannya kita terbiasa dalam milenium ini. Tindakan-tindakan kita akan mempengaruhi setiap orang yang hidup di planet ini, dan kita akan dipengaruhi oleh tindakan-tindakan mereka. Bersama-samalah kita akan berjaya atau runtuh.
Namun kesadaran manusia telah berkembang melalui ribuan tahun sebelumnya untuk mewakili pengalaman-pengalaman individu, untuk memajukan kepentingan-kepentingan perorangan. Paling-paling, kita siap mencintai dan melindungi kerabat dekat kita. Beberapa individu telah mampu melebarkan pikiran-pikiran mereka untuk mencakup kepentingan-kepentingan yang lebih luas, memahami bahwa pembagian antara “aku” dan “orang lain” sangat acak. Namun, secara umum kesadaran kita belum siap untuk permasalahan mendatang, tak peduli betapa mendesaknya permasalahan itu.
Bagaimana kita bisa paling baik merekayasa ulang pikiran untuk mengakomodasi tantangan-tantangan masa depan? Satu kemungkinan, yang digalakan oleh paradigma Harmoni Semesta, adalah meninjau kembali apa yang kita ketahui tentang masa lalu evolusioner dan warisannya kepada pikiran-pikiran kita. Dengan mengerti bagaimana psikologi manusia telah berkembang sepanjang waktu menanggapi kondisi-kondisi yang berubah dalam lingkungan, kita mungkin beradaptasi lebih cepat terhadap perubahan-perubahan yang semakin pesat yang menuntut tindakan di masa mendatang.
Rabu, 16 April 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar